"Persahabatan bukan hanya sekedar kata,
yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis dengan tinta kasih sayang,
dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa"..
**
“Key… sini dech cepetan, aku ada sesuatu buat kamu”, panggil Nayra suatu sore.
“Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau aku gak bisa
melihat”, jawab seorang gadis yang dipanggil Key dari balik pintu.
Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, meskipun lahir dengan
keterbatasan fisik, dia tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani
bahtera hidup tak pernah padam. Lahir dengan kondisi buta, tidak
membuatnya berkecil hati, secara fisik matanya tidak bisa melihat
warna-warni dunia, tapi mata hatinya bisa melihat jauh ke dalam
kehidupan seseorang. Mempunyai hoby melukis sejak kecil, dengan
keterbatasannya, Key selalu mengasah bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia
menyerah.
Duduk di bangku kelas XII di sebuah Sekolah Luar Biasa di kotanya,
Keynaya tidak pernah absen meraih peringkat dikelas, bahkan guru-gurunya
termotivasi dengan sifat pantang menyerah Key. Sejak baru berusia 3
tahun, Keynaya sudah bersahabat dengan anak tetangganya yang bernama
Nayra Amrita, Nayra anak seorang direktur bank swasta di kota mereka.
Nayra cantik, pinter dan secara fisik Nayra kelihatan sempurna.
***
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di rumah Key. Dia berbincang-bincang dengan Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
“Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu ngadain pameran tunggal ya,
biar semua orang tau bakat kamu”, kata Nayra membuka pembicaraan.
“Hah”, Key mendesah pelan lalu mulai bicara, “Seandainya aku bisa Nay,
pasti sudah aku lakukan, tapi apa daya, aku ini gak sempurna, seandainya
aku mendapat donor kornea, dan aku bisa melihat, mungkin aku bahagia
dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini” ucap Keynaya dengan
kepedihan.
“Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan anugrahnya kepadamu, sahabat,
pasti akan ada yang mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik
kamu,” timpal Nayra akhirnya.
Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi halangan di dalam jalinan
persahabatan antara Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia
selalu mengajak Key, kecuali sekolah tentunya, karena sekolah mereka
berdua kan berbeda.
Sedang asik-asiknya dua sahabat ini bersenda gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh,
“aduuh, kepala ku”
“Kamu kenapa Nay, sakit??” tanya Keynaya.
“Oh, ngga aku gak apa-apa Key, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Nayra sambil tersenyum.
“Minum obat ya Nay, aku gak mau kamu kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu khawatir.
“aku ijin pulang dulu ya Key, mau minum obat” ujar Nayra sambil berpamitan pulang.