VISI DAN MISI PT INDOFARMA TBK
VISI
Menjadi Perusahaan yang berperan secara signifikan pada perbaikan
kualitas hidup manusia dengan memberi solusi terhadap masalah kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
MISI
Menyediakan produk & layanan yang berkualitas dengan harga
terjangkau untuk masyarakat.
Melakukan penelitian & pengembangan produk yang inovatif dengan prioritas untuk mengobati penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi.
Melakukan penelitian & pengembangan produk yang inovatif dengan prioritas untuk mengobati penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi.
Mengembangkan kompetensi SDM sehingga memiliki kepedulian, profesionalisme & kewirausahaan yang tinggi.
SAJARAH PT
INDOFARMA TBK
Cikal bakal PT. Indofarma dimulai pada saat didirikannya yaitu pada
tahun 1918, dimulai dari pabrik kecil dengan fasilitas terbatas yang hanya
dapat memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut, untuk memenuhi
kebutuhan Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda. Seiring dengan bertambahnya
fasilitas produksi untuk tablet dan injeksi, pabrik kecil ini mulai dikenal
dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Selama perang dunia ke-dua, Takeda Jepang
memegang kendali manajemen pabrik.
1918
Berdirinya PT. Indofarma (Persero) Tbk dimulai dari sebuah unit produksi kecil dari Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda yang memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut.
1931
Mulai memproduksi obat-obatan berupa tablet dan injeksi dan mulai dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai setelah unit produksi dipindahkan ke Manggarai, Jakarta.
1942
Pemerintah Jepang mengambil alih dan dikelola oleh Takeda, Jepang.
1950
Pemerintah RI mengambil alih kembali dan mulai dikelola oleh Departemen Kesehatan.
1979
Pabrik Obat Manggarai berubah status menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dimana bertugas untuk memproduksi obat untuk pemerintah.
Mulai memproduksi obat-obatan berupa tablet dan injeksi dan mulai dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai setelah unit produksi dipindahkan ke Manggarai, Jakarta.
1942
Pemerintah Jepang mengambil alih dan dikelola oleh Takeda, Jepang.
1950
Pemerintah RI mengambil alih kembali dan mulai dikelola oleh Departemen Kesehatan.
1979
Pabrik Obat Manggarai berubah status menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dimana bertugas untuk memproduksi obat untuk pemerintah.
1981
Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia berubah status menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (disingkat Perum Indofarma), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981.
1988
Mulai pembangunan pabrik di Cibitung, Bekasi Jawa Barat seluas 20 hektar yang berkapasitas besar dengan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
1991
Aktivitas proses produksi di Jakarta dipindahkan ke pabrik baru, Cibitung, Bekasi Jawa Barat.
Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia berubah status menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (disingkat Perum Indofarma), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981.
1988
Mulai pembangunan pabrik di Cibitung, Bekasi Jawa Barat seluas 20 hektar yang berkapasitas besar dengan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
1991
Aktivitas proses produksi di Jakarta dipindahkan ke pabrik baru, Cibitung, Bekasi Jawa Barat.
1993
Fasilitas produksi yang baru untuk produksi steril termasuk sefalosfurin dibangun.
1996
Perusahaan Umum Indonesia Farma berubah status menjadi PT. Indofarma (Persero), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 34 tahun 1995.
Fasilitas produksi yang baru untuk produksi steril termasuk sefalosfurin dibangun.
1996
Perusahaan Umum Indonesia Farma berubah status menjadi PT. Indofarma (Persero), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 34 tahun 1995.
Dan pada tahun 1996 tersebut juga mengakuisisi PT. Riasima Abadi
Farma, sebuah produsen bahan baku farmasi.
1999
Pembangunan gedung “Extraction Plant” dan selesai awal tahun 2000.
Pembangunan gedung “Extraction Plant” dan selesai awal tahun 2000.
2000
Pendirian anak perusahaan: PT. Indofarma Global Medika (IGM) yang bergerak di bidang distribusi dan perdagangan, sedangkan PT. Indofarma fokus terhadap manufaktur dan pemasaran. Perusahaan juga mendapatkan Sertifikat ISO-9002 khususnya untuk Unit Produksi Steril.
Pendirian anak perusahaan: PT. Indofarma Global Medika (IGM) yang bergerak di bidang distribusi dan perdagangan, sedangkan PT. Indofarma fokus terhadap manufaktur dan pemasaran. Perusahaan juga mendapatkan Sertifikat ISO-9002 khususnya untuk Unit Produksi Steril.
2001
PT. Indofarma (Persero) berubah status menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk, dengan melakukan penawaran saham perdana sebesar 20% kepada masyarakat dan mencatatkan seluruh saham Perseroan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode saham INAF.
PT. Indofarma (Persero) berubah status menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk, dengan melakukan penawaran saham perdana sebesar 20% kepada masyarakat dan mencatatkan seluruh saham Perseroan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode saham INAF.
PROFIL
PT. Indofarma (Persero) Tbk
Berkedudukan di Jakarta
Pembentukan Perusahaan
Tanggal 2 Januari 1996
Bidang Usaha
Industri farmasi dan alat kesehatan
Alamat
Kantor Pusat dan Pabrik
Jalan Indofarma No.1
Cikarang Barat - Bekasi 17530
Berkedudukan di Jakarta
Pembentukan Perusahaan
Tanggal 2 Januari 1996
Bidang Usaha
Industri farmasi dan alat kesehatan
Alamat
Kantor Pusat dan Pabrik
Jalan Indofarma No.1
Cikarang Barat - Bekasi 17530
Telepon (021)-88323971
Faksimili (024)-88323972–73
http://www.indofarma.co.id
Kantor Komersial
Faksimili (024)-88323972–73
http://www.indofarma.co.id
Kantor Komersial
Jalan Tambak No.2
Kebon Manggis, Matraman
Manggarai, Jakarta 13150
Telepon (021)-8590 8350
Faksimili (021)-857 4503, 851 7223
Leadership and Governance
Dewan
Komisaris
|
|
Komisaris
Utama/Independen
|
Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar MPH
|
Komisaris
|
Drs. Mochamad Ichsani, MM
|
Komisaris
|
dr. H. Chalik Masulili, MSc
|
Komisaris
Independen
|
dr. Nizar Yamanie Sp.S(K)
|
Dewan Direksi
|
|
Direktur Utama
|
P. Sudibyo
|
Direktur
Keuangan
|
Djakfarudin Junus
|
Direktur Umum
& SDM
|
Deden Edi Soetrisna
|
Direktur
Pemasaran
|
Elfiano Rizaldi
|
Direktur
Produksi
|
Yuliarti R. Merati
|
Komite Audit
|
|
Ketua
|
Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar MPH
|
Sekretaris
|
Drs. Warga Murad
|
Anggota
|
Drs. Muhammad Asawir Harahap, Ak
|
Anggota
|
Purwadi, AK.,M.M.
|
Komite GCG
dan Komite Remunerasi & Nominasi
|
|
Ketua
|
Prof.DR.Dr.H. Azrul Azwar MPH
|
Anggota
|
Drs. M. Dwidjo Susono, Apt.,SE
|
Corporate
Secretary
|
Isakayoga,C.H.
|
Telp.
|
(021) 88323975; 85908350
|
Fax
|
(021) 88323972/73; (021) 8574503
|
E-mail:
|
Corporate Social
Responsibility
PT Indofarma Tbk
memiliki tiga kebijakan utama dalam melakukan CSR, yaitu:
1. Membangun tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance).
Perseroan senantiasa memberikan perhatian kepada kualitas sumber
daya manusianya. Mempertahankan integritas karyawan dan manajemen menjadi hal
yang sangat penting. Selain itu, pengembangan sistem pengendalian intern yang
berkesinambungan dan pengawasan yang melekat terhadap pelaksanaannya, merupakan
prioritas bagi Perseroan.
2. Melakukan komunikasi yang interaktif dengan pihak-pihak yang
berkepentingan (Stakeholders).
Perseroan membangun komunikasi yang interaktif melalui beberapa
jalur komunikasi seperti website, majalah internal, serta tatap muka manajemen
& karyawan berupa apel bulanan.
3.
Memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat luas.
Perseroan secara bertahap telah mencoba mengembangkan bakti
sosialnya kepada masyarakat. Beragam bidang dan strata sosial telah dijangkau
oleh kegiatan sosial Perseoran, seperti bidang kesehatan (donor darah bersama
PMI dan sunatan gratis), bidang pendidikan (pemberian beasiswa pendidikan formal),
bidang kesejahteraan (bantuan bagi korban bencana), dan lain-lain.
MENUJU KESEJAHTERAAN
BERSAMA
Komunitas sosial, terutama di sekitar pabrik dan kantor,
merupakan stakeholder yang sangat penting untuk masa depan sebuah perusahaan.
Karena itu, Indofarma selalu berupaya mengidentifikasikan diri sebagai bagian
dari komunitas sekitar. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan community
development.
Sejak 1991, Indofarma selalu menyisihkan dana untuk
menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL, dulu bernama PUKK atau
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi). Untuk Program Kemitraan, sampai dengan 31
Desember 2008, realisasi dana yang tersalur dalam bentuk pinjaman mencapai
Rp15,47 miliar dan berupa hibah Rp3,16 miliar. Dari pinjaman yang diberikan,
Rp3,00 miliar atau 19,3% bermasalah.
Sepanjang 2008, tersalur dana dalam bentuk pinjaman modal
sebesar Rp1,17 miliar, meningkat 21,9% dibanding pinjaman modal pada tahun
sebelumnya yang hanya Rp0,96 miliar. Selain itu, Indofarma juga menyalurkan
dana dalam bentuk hibah (Rp23,50 juta, dengan biaya operasional Rp49,30 juta)
dan Bina Lingkungan (Rp22,50 juta, dengan biaya operasional Rp1,17 juta).
Sejak 1991 itu, Indofarma telah melakukan pembinaan
terhadap 1.274 Mitra Binaan. Di antara Mitra Binaan, 926 bergerak di bidang
perdagangan dan sisanya di bidang industri manufaktur (45), jasa (50),
pertanian, (93), peternakan (8), perikanan (1), dan lain-lain (dalam bentuk
koperasi, 151). Sampai dengan 31 Desember 2008, 563 Mitra Binaan telah selesai
dibina.
Untuk Program Bina Lingkungan, pada 2008 Indofarma
memberikan bantuan obat-obatan melalui program BUMn Peduli senilai Rp11,00
juta. Kegiatan sosial lain yang dilakukan Indofarma adalah pemberian bantuan
alat kesehatan dan MP ASI (Makanan Pendamping air Susu Ibu) untuk keluarga
pra-sejahtera. Selain itu, Perseroan juga memberikan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan masyarakat dan beasiswa kepada 16 murid SD dan SMP
yang berprestasi dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi di sekitar
Perusahaan.
Indofarma memiliki kepedulian khusus terhadap pendidikan
nasional. Sejak lama di kenal sebagai teaching factory, setiap tahun Perseroan
menerima puluhan pelajar dan mahasiswa magang, terutama di Pabrik yang juga
merupakan lingkungan Kantor Pusat. Yang lebih membanggakan, pelajar dan
mahasiswa yang magang berasal dari sekolah dan perguruan tinggi terkemuka di
seluruh nusantara, bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya.
Guna memantapkan posisi Indofarma di pasar produk
herbal, Perseroan meluncurkan Biovision Gold. Selain varian terbaru produk
herbal yang telah diterima luas ini, pada 2008 Indofarma juga meluncurkan lima
produk Obat dengan nama Dagang (OND) lain yang dapat diharapkan akan mengurangi
ketergantungan bisnis Perseroan terhadap produk obat generik (OGB).
Tanggungjawab
Sosial Perusahaan
Menuju Kesejahteraan Bersama
Menuju Kesejahteraan Bersama
Komunitas sosial, terutama disekitar wilayah usaha
perusahaan, merupakan stake holder yang sangat penting untuk masa depan
sebuah perusahaan. Indofarma selalu berupaya mengaktualisasikan diri sebagai
bagian dari komunitas sekitar. antara lain melalui kegiatan community
development. Ada tiga program yang dapat dilakukan: CSR yang wajib
dilaksanakan oleh perseroan yang dananya dibiayakan oleh perusahaan sesuai UU
No 40 tahun 2007, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan alokasi laba
setelah pajak maksimum 2% untuk kemitraan dan maksimum 2 % untuk Bina
Lingkungan, keduannya mengacu Per Men BUMN No 05/MBU/2007, dan masih
banyak program bakti sosial yang dilaksanakan oleh karyawan.
Program
community development yang dibiayakan perusahaan berupa program
kemitraan kepada poskesdes (Pos Kesehatan Desa) Desa siaga di beberapa
Kabupaten di Jawa, sudah tersealisir di Kab. Karanganyar 100 Desa Siaga,
masing-masing dibantu modal Rp 500.000, sehingga hibah berjumlah Rp
50.000.000,- berupa obat serbu (serba seribu), sebagai modal awal, selanjutnya
hasil penjualan dibelikan lagi dan bergulir terus.
Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dulu bernama PUKK atau Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi. Dana yang disisihkan tahun 1989-2001 sebesar Rp.
9.361.298.177,- telah disalurkan kepada 1.219 unit mitra binaan dalam bentuk
pinjaman modal sebesar Rp. 13.276.050.000,-, hibah kemitraan sebesar Rp.
1.356.537.345,- dan hibah bina lingkungan sebesar Rp. 2.291.749.429,-. Untuk
penjaminan Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUMLTA) di Bank Mandiri
sebesar Rp 1.027.000.000,-. Operasional kemitraan Rp 353.385.115,- dan
operasional Bina lingkungan Rp 9.458.286.-
Dari
1.219 unit mitra binaan PKBL PT. Indofarma, Tbk tercatat 519 unit mitra binaan
yang telah selesai dibina, sedangkan sisanya yang masih menjadi mitra binaan
sebanyak 700 unit. Diantara mitra binaan 871 bergerak di bidang perdagangan,
sisanya di bidang industri 45, jasa 49, pertanian 88, peternakan 8, perikanan 1
dan lain-lain termasuk koperasi 157. Jumlah dana yang telah disalurkan, telah
diterima pengembalian pokok pinjaman sebesar Rp. 8.874.871.298,- dan bunga
pinjaman sebesar Rp. 605.238.758,-. Sampai dengan 31-Desember-2007, tercatat saldo
piutang mitra binaan sebesar Rp. 4.662.062.160,- terdiri dari angsuran pokok
Rp. 4.401.178.702,- + angsuran bunga Rp. 260.883.458,-.
Program Kemitraan khusus tahun 2007 telah menyalurkan
untuk pinjaman modal sebanyak 45 unit UKM yang tersebar di 4 Propinsi
yakni Jabar, Jateng, Jatim, dan NTB sejumlah Rp 960.000.000,-. Untuk pelatihan
mitra binaan sebesar Rp 32.938.000,-. Program Bina Lingkungan pada tahun 2007
telah memberikan bantuan banjir Manggarai dan Bekasi Rp 6.500.000,-, pelatihan
remaja putus sekolah dan ibu-ibu sekitar perusahaan Rp 12.550.000,-,
sunatan masal Rp 7.500.000,0 dan bakti sosial menjelang lebaran di Cibarusah
Bekasi Rp 7.500.000,-.
VALUE
1.Compassionate
Respectfor People
Respectfor People
Mengakui kemampuan untuk berprestasi. Menghargai integritas,
pengetahuan, inovasi, keahlian serta perbedaan. Menjunjung nilai kerjasama tim.
Mendengar dan menganalisis sebelum bertindak. Secara aktif mencari dan
menghargai kontribusi orang lain. Memberikan kesempatan untuk membangun diri
dan berkembang. Membantu kesulitan karyawan.
Cooperative
Memahami bahwa sukses kita adalah hasil dari kerjasama. Selalu terbuka dalam komunikasi dan berbagi pengetahuan serta membangun semangat/budaya tim. Menghindari unsure kepentingan dan batasan personal/departemen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik.
Fairness
Memutuskan dan bertindak berdasarkan kepentingan bersama dalam mencapai visi perusahaan. Memberikan karyawan kesamaan kesempatan dan penghargaan berdasarkan nilai yang mereka berikan kepada perusahaan.
2.Professional Integrity
Menjunjung tinggi nilai etika dan standar professional, serta
kontribusi untuk menghasilkan produk dan proses dengan kualitas yang tertinggi.
Commitment:
Menetapkan secara jelas atas tujuan, komitmen, sasaran, rencana dan lainnya kepada seluruh karyawan dan terutama kepada konsumen. Bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan dan senantiasa memperbaiki kesalahan. Kita tidak mengijinkan adanya negative energi atau alas an lainnya.
Commitment:
Menetapkan secara jelas atas tujuan, komitmen, sasaran, rencana dan lainnya kepada seluruh karyawan dan terutama kepada konsumen. Bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan dan senantiasa memperbaiki kesalahan. Kita tidak mengijinkan adanya negative energi atau alas an lainnya.
Strive for Excellence
Mengusahakan perkembangan yang terus menerus dalam perbaikan kinerja
dan menjadikan setiap karyawan menjadi ahli dan bertanggung jawab pada bidangnya.
Menciptakan dan membangun nilai tambah di dalam semua kegiatan. Mengukur hasil
secara hati-hati. Bersama mencapai tujuan jangka pendek, menengah dan jangka
panjang dengan selalu menghormatinilai perusahaan.
3. Entrepreneurial Visionary
Menjadi pemimpin yang mempunyai keberanian untuk memvisikan dan
menerima perubahan. Menetapkan tujuan, ambisi serta mempunyai keyakinan dan
penyelesaian masalah. Memotivasi staf dengan keteladanan dan memberikan
dukungan serta keberanian kepada yang lain untuk berinisiatif.
Innovation
Inovasi adalah kunci utama untuk mewujudkan visi Indofarma. Dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan profit. Menerapkan proses/metode yang baru dan efektif, didukung oleh kerjasama tim dan kemitraan dan selalu berorientasi pada solusi yang inovatif. Menjunjung prinsip keterbukaan dan perbedaan ide yang terjadi.
Inovasi adalah kunci utama untuk mewujudkan visi Indofarma. Dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan profit. Menerapkan proses/metode yang baru dan efektif, didukung oleh kerjasama tim dan kemitraan dan selalu berorientasi pada solusi yang inovatif. Menjunjung prinsip keterbukaan dan perbedaan ide yang terjadi.
Customer Focus
Bertanggungjawab atas konsumen dengan selalu melakukan upaya dan
komitmen untuk mengidentifikasi, mengerti dan melayani kebutuhan konsumen
dengan menyediakan produk yang inovatif, berkualitas dan harga terjangkau serta
tersedia untuk masyarakat.
ASET / MODAL
Dari jumlah NWC PT Indofarma,Tbk. terjadi penurunan pada tahun 2008.Ini menunjukkan bahwa
terjadi penurunan modal kerja bersih. Sedangkan dari
tahun 2004 sampai 2007 cenderung terjadi peningkatan.Semakin kecil jumlah
NWC yang dimiliki maka semakin besar resiko yang dihadapi
perusahaan karena jika semakin besar NWC maka semakin
likuid keadaan perusahan tersebut.
Kondisi yang sama juga terjadi pada NOWC PT
Indofarma,Tbk.Dari tahun ketahun NOWC
yang dimiliki semakin menurun. NOWC merupakan aktiva lancar dikurangi kewajiban
lancar yang tidak dikenakan bunga dan seringkali terdiri dari
kas dan sekuritas, piutang dan persediaan, dikurang
hutang dagang dan kewajiban akrual. NOWC digunakan untuk melihat bagaimana hutang lancar digunakan untuk, membiayai aktiva lancar.
Faktor penting yang cukup mempengaruhi adalah jumlah
pembelanjaan jangka pendek yang terbatas.
NOWC PT Indofarma,Tbk mengalami penurunan dari tahun
ke tahun.Hal ini menunjukkan
semakin menurunnya kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan
hutang lancar dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan modal
kerja untuk kegiatan operasi yang dimiliki dari tahun ke
tahun pun semakin sedikit. Hal ini dapat berpengaruh pada profitabilitas perusahaan, karena semakin sedikit modal kerja operasi
yang dimiliki semakin terbatas pula kemampuan perusahaan
untuk melakukan kegiatan operasinya.
Secara garis besar, dengan melihat kondisi NWC maupun
NOWC PT Indofarma,Tbk yang dari
tahun ke tahun membaik,meskipun terjadi sedikit penurunan di periode
2008.Dimana hal ini mengartikan bahwa jumlah aktiva
lancar yang dimiliki pada tahun 2008 ternyata tidak cukup
besar untuk menutup hutang lancarnya, maka dapat dikatakan PT Indofarma,Tbk
berada pada tingkat keamanan (margin or safety) yang
kurang memuaskan. Hal ini tentu harus mendapat perhatian
yang lebih oleh managemen perusahaan PT Indofarma,Tbk sebab bila perusahaan
tidak dapat mempertahankan ”tingkat modal kerja yang
memuaskan” , maka akan ada kemungkinan.
perusahaan dapat berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu
membayar kewajiban- kewajiban yang sudah jatuh tempo), dan bahkan mugkin
terpaksa harus dilikuidasi (bangkrut).
CCC
(Cash Convertion Cycle) dari suatu perusahaan merupakan jangka waktu yang
diperlukan sejak perusahaan mengeluarkan uang kas untuk membeli bahan-bahan
mentah sampai dengan pengumpulan hasil penjualan barang jadi yang dibuat dengan
bahan mentah tersebut.Semakin singkat siklus konversi kas maka hal ini akan
memperlancar kegiatan operasi perusahaan.
Pada
Siklus konversi kas di PT Indofarma,Tbk dari tahun ke tahun semakin panjang,
hal ini menyebabkan jumlah kas yang dimiliki semakin sedikit yang dapat
digunakan untuk modal kerja perusahaan, sehingga semakin tinggi pendanaan
eksternal dan semakin besar biaya yang
dibutuhkan.
Siklus konversi kas dapat dipersingkat dengan cara:
Siklus konversi kas dapat dipersingkat dengan cara:
1. Mengurangi periode
persediaan dengan memproses dan menjual barang secara lebih cepat.
2. Mengurangi periode
penerimaan piutang dan mempercepat penagihan
3. Memperpanjang periode penangguhan hutang dengan memperlambat pembayarannya.
3. Memperpanjang periode penangguhan hutang dengan memperlambat pembayarannya.
NWC /
modal kerja bersih merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang
lancar.Dari hasil NWC tersebut dapat diketahui bahwa aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan tidak mampu menutupi hutang lancar yang dimiliki.
Kondisi
yang sama juga terjadi pada NOWC PT Indofarma,Tbk.Dari tahun ketahun NOWC yang
dimiliki semakin menurun.Hasil ini menunjukkan semakin menurunnya kemampuan
perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan hutang lancar dari tahun ke tahun
sehingga menyebabkan modal kerja untuk kegiatan operasi yang dimiliki dari tahun
ke tahun pun semakin sedikit.
BUMN Executive
Breakfast Meeting
BUMN Executive Club (BEC) kembali mengadakan acara rutin
BUMN Executive Breakfast Meeting pada tanggal 18 Juli 2007 di Ritz Carlton
Hotel, Jakarta. Agenda tetap yang diselenggarakan sebulan sekali ini menjadi
giliran BUMN Farmasi selaku panitia penyelenggaranya. Maka PT Indofarma Tbk, PT
Kimia Tbk, PT Bio Farma dan PT Phapros Tbk yang tergabung dalam Forum BUMN Farmasi
bekerjasama dalam menyelenggarakan acara tersebut. Hadir dalam acara tersebut
Menneg BUMN Sofyan Dajalil dan Menkes Siti Fadillah Supari, Ketua Komisi VI DPR
Didik J. Rachbini beserta para Direksi dan Komisaris BUMN dari berbagai
sektor usaha. Acara yang dihadiri kurang lebih 200 undangan tesebut selain
berisi sambutan dan arahan dari Menneg BUMN dan Menkes, juga sekaligus
dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepakatan antara BUMN Farmasi dan BUMN
lainnya.
Pada awal acara, Syamsul Arifin,
ketua Forum BUMN Farmasi, yang juga Dirut Indofarma, menuturkan acara itu
bertujuan untuk membangun sinergi di kalangan BUMN terutama BUMN farmasi serta
meningkatkan kinerja dan ketahanan BUMN farmasi di tingkat nasional dan
regional di tengah era persaingan yang makin ketat saat ini. Dalam sambutannya
Menkes menegaskan bahwa BUMN sesuai namanya adalah lembaga milik negara, bukan
milik swasta, sehingga sudah seharusnya menjadi pendukung program-program
pemerintah. Dengan demikian BUMN selain mencari profit, juga harus berorientasi
pro rakyat. Contohnya BUMN farmasi haruslah berfungsi menjadi
stabilisator harga obat, agar harga obat tidak melangit hingga sulit
diakses rakyat. Menkes menegaskan belakangan ini ia telah meluncurkan
beberapa program pro rakyat seperti Askeskin, obat rakyat murah berkualitas,
dan apotik rakyat. Perlu diketahui bahwa PT Indofarma adalah produsen
pertama obat rakyat murah berkualitas yang juga dikenal sebagai obat serbu
(serba seribu).
Sementara Menneg BUMN memberikan
dukungan penuh pernyataan Menkes bahwa BUMN harus pro rakyat. Untuk
menindaklanjuti pernyataan tersebut diperlukan pemetaan masalah secara
komprehensif dari hulu sampai hilir, termasuk soal regulasinya. Untuk itu ia
berharap kalangan Direksi BUMN lebih sering melakukan forum diskusi yang akan
melahirkan strategi bersama. Dalam acara tersebut juga telah dilakukan
penandatanganan Nota Kesepakatan antara BUMN Farmasi dengan BUMN
lainnya dalam rangka komitmen pelaksanaan CSR (Corporate Social
Responsibility) yang disaksikan oleh Menkes dan Menneg BUMN.
KEUNTUNGAN
RUPST : INAF Raih Laba Rp 11 Miliar di 2007
RUPST PT. Indofarma Tbk Tahun Buku 2007
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Indofarma, Tbk (INAF)
untuk tahun buku 2007 telah dilangsungkan pada 28 Mei 2008 di Hotel
Century Park, Jakarta. RUPST tersebut dihadiri para Direksi,
Komisaris, para pemegang saham serta lembaga dan profesi penunjang yang
terdiri dari Notaris Imah Fatimah, SH, Akuntan Publik HLB Hadori & rekan,
serta Biro Administrasi Efek PT. Datindo Entrycom.
RUPST
INAF itu dihadiri atau diwakili oleh para pemegang saham atas kuasa yang
sah sebanyak 2.500.911.500 saham atau 80,69 % dari jumlah seluruh
saham yang dikeluarkan oleh perseroan termasuk didalamnya saham seri A (dwiwarna).
Dengan demikian RUPST dan keputusan yang diambil di dalam RUPST tersebut
sah karena sesuai dengan pasal 26 anggaran dasar perseroan yang
menyebutkan RUPST harus dihadiri paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh saham
yang dikeluarkan oleh perseroan.
RUPST
tersebut memuat 6 agenda pembahasan seperti terangkum di bawah ini.
Agenda pertama berisi persetujuan Laporan Tahunan Direksi Perseroan untuk Tahun
Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 dan persetujuan Laporan Kegiatan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) untuk Tahun yang berakhir tanggal
31 Desember 2007. Agenda yang kedua berisi pengesahan Laporan Keuangan
Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 serta
memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada dewan
Komisaris dan Direksi Perseroan atas tindakan pengawasan dan pengurusan yang
dilakukan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 serta
pengesahan Laporan Keuangan PKBL untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31
Desember 2007.
Agenda
yang ketiga adalah Penetapan Penggunaan Laba Bersih Perseroan untuk Tahun Buku
yang berakhir pada 31 Desember 2007. RUPST menyetujui laba perseroan
untuk Tahun Buku yang berakhir pada 31 Desember 2007 sebesar Rp 11.076.807.048
seluruhnya untuk menutup saldo laba per 31 Desember 2006 yang masih
negatif sebesar Rp 104.541.284.259. Sehingga, saldo laba per 31 Desember 2007
menjadi sebesar negatif Rp 93.464.477.210. Dengan posisi saldo laba yang masih
negatif ini, maka Perseroan belum dapat membagikan dividen di tahun buku 2007
ini.
Seperti
diketahui bahwa sepanjang Tahun 2007, sejumlah prestasi telah diukir oleh
beberapa pos keuangan di antaranya pertumbuhan penjualan yang signifikan
sebesar 24% dari Rp 1,026 triliun menjadi Rp 1,273 triliun. Sedangkan industri
farmasi nasional sendiri hanya tumbuh 9,2% pada tahun yang sama. Walaupun di
pasar generik nasional, pertumbuhan yang terjadi minus 10.87%. Hal ini terjadi
dikarenakan adanya penurunan harga OGB. Namun PT. Indofarma Tbk. tetap
berkomitmen untuk menyediakan obat generik bagi masyarakat luas.
Beberapa
pencapaian Perseroan di tahun 2007 antara lain: output dari produksi mengalami
peningkatan khusus sekitar 20% serta Perseroan tetap mempertahankan posisinya
sebagai leader di pasar obat generik nasional dengan pangsa pasar
sebesar 22%. Selain itu ekspansi usaha di sektor institusi dan regular juga
menghasilkan peningkatan penjualan sebesar 24% dibanding tahun lalu, yaitu
mencapai Rp 1.2 trilyun. Secara umum terjadi peningkatan penjualan bersih produk
Indofarma sendiri di tahun 2007 di regular dan di sektor institusi. Penjualan
di regular meningkat dari Rp 260 miliar di tahun 2006 menjadi Rp 350 miliar di
tahun 2007. Sedangkan penjualan produk Indofarma di sector institusi meningkat
dari Rp.88.5 miliar di tahun 2006 menjadi Rp. 160 miliar di tahun 2007, berarti
meningkat hampir 85%. Secara total produk Indofarma yang berhasil dijual di
tahun 2007 mengalami peningkatan dari Rp 350 miliar menjadi Rp 510 miliar di
tahun 2007.
Dari
perspektif keuangan, struktur neraca juga menguat dibuktikan dengan
meningkatknya aktiva secara signifikan dari Rp 686,94 miliar menjadi Rp 1,013
triliun. Peningkatan yang mencapai 45,6% ini disebabkan oleh kenaikan aktiva
lancar dari Rp 563,17 miliar menjadi Rp 901,35 miliar, terutama pada komponen
kas dan setara kas serta persediaan. Sedangkan kewajiban lancar juga menguat
sangat signifikan sebesar 83,2% dari Rp 379,34 miliar menjadi Rp 694,92 miliar,
terutama pada komponen hutang bank berupa kredit modal kerja yang mencapai Rp
179,85 miliar.
Oleh
karena jumlah aktiva lancar jauh lebih besar ketimbang kewajiban lancarnya,
maka posisi keuangan PT Indofarma Tbk sepanjang 2007 cukup likuid untuk menutup
kewajiban jangka pendeknya. Apalagi, arus kas dari aktiva operasi juga positif
dan naik cukup berarti 14% dari Rp 73,16 miliar menjadi Rp 83,44 miliar.
Komponen aktiva lainnya yang meningkat tinggi adalah pos persediaan dari Rp
128,93 miliar menjadi Rp 203,02 miliar. Peningkatan sebesar 57,5% tersebut
sebagai upaya perusahaan untuk mensiasati fluktuasi harga bahan baku. Kondisi
tersebut diharapkan akan berpengaruh terhadap membaiknya kinerja perusahaan di
Tahun 2008.
Agenda yang ke empat
berisi penetapan gaji / honorarium berikut fasilitas dan tunjangan lainnya
untuk anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan. RUPST juga menyetujui
usulan Direksi dan Dewan Komisaris tentang gaji direksi dan Dewan Komisaris
yang telah dihitung oleh Komite GCG, nominasi dan remunerasi Tahun Buku 2008
berdasarkan formula yang telah disepakati dan disesuaikan dengan kemampuan
keuangan Perseroan serta mempertimbangkan azas kepatutan/kepantasan. Dewan
Komisaris juga diberikan wewenang untuk memberikan tunjangan dan fasilitas
lainya bagi Direksi dengan memperhatikan kemampuan keuangan Perseroan.
Agenda
ke lima berisi penunjukan Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Keuangan
Perseroan untuk Tahun Buku 2008 dan penujukan Akuntan Publik untuk mengaudit
PKBL Tahun Buku 2008. RUPST menyetujui penunjukan Kantor Akuntan Publik
HLB Hadori & Rekan sebagai auditor yang akan mengaudit Laporan Keuangan
Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada 31 Desember 2008 dan pengelolaan
pelaksanaan PKBL untuk Tahun Buku 2008.
Agenda
ke enam merupakan agenda terakhir yang membahas perubahan Anggaran Dasar
Perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-undang 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas. RUPST menyetujui perubahan Anggaran Dasar Perseroan untuk
disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait, dengan jalan menyusun
kembali seluruh anggaran dasar Perseroan. Serta memberi kuasa kepada Direksi
Perseroan dengan hak substitusi untuk menyatakan kembali keputusan agenda ke
enam mengenai Perubahan Anggaran Dasar dan menegaskan susunan pemegang saham
dan susunan Direksi / Dewan Komisaris Perseroan dalam suatu akta Notaris
tersendiri dan mengajukan permohonan persetujuan atas perubahan anggaran dasar
tersebut serta memberitahukan perubahan data perseroan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi-instansi terkait termasuk
tetapi tidak terbatas untuk mengadakan perubahan dan / atau penambahan yang
diperlukan guna mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang.
Dalam
paparannya, Direksi Perseroan juga menyampaikan beberapa resiko yang dihadapi
antara lain: resiko pertumbuhan negative pasar generik dan resiko harga obat
generik (regulasi). Dalam mengahadapi resiko tersebut Perseroan telah melakukan
meningkatkan pertumbuhan produk OTC dan Branded serta melakukan pengelolaan
portofolio produk dan melakukan penjualan secara bundling (mix sales).
Sedangkan
dalam menghadapi resiko harga bahan baku, Perseroan telah mengadakan kontrak
jangka panjang dengan produsen bahan baku yang memungkinkan perseroan melakukan
negosiasi ulang persyaratan dan harga yang disepakati serta lebih kompetitif.
Guna peningkatan mutu produk, Perseroan telah menyelesaikan persiapan renovasi
fasilitas produksi dalam rangka memenuhi persyaratan current Good
Manufacturing Practice (cGMP). Selain itu Perseroan juga senantiasa
meningkatkan kualifikasi dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya di
Bidang Produksi dan Pemastian Mutu serta melakukan pengujian ketersediaan
hayati dan kesetaraan hayati (BA/BE) untuk beberapa formula produk obat. (Disarikan
dari Press Release Hasil RUPST INAF tahun buku 2007,yang dikeluarkan Corporate
Secretary).
Indofarma Global incar pendapatan Rp800 miliar
Presiden Direktur Indofarma Ary Gunawan menjelaskan pasar
healthy care cukup besar yaitu 33 juta dan 6 juta – 7 juta orang pada sektor
swasta. BUMN ini menilai positif adanya sinergi 14 BUMN sehingga ke depan
Indofarma dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan bisnis dan operasional serta
memperoleh keuntungan yang besar.
Ary menuturkan Indofarma siap menghadapi pelaksanaan
Asean Free Trade Agreement (AFTA). Kerjasama dengan PT Rajawali, PT IGS dan PT
Kimia Farma merupakan bukti kesiapan Indofarma."Sudah ada 70 pabrik dan
1214 sales force. Jika ini bergabung, Indofarma akan memiliki jaringan yang
bersatu, besar dan kuat," ujar Ary di sela-sela acara penandatanganan
perjanjian kerja sama & MOU sinergi BUMN bertempat di kantor Kementrian
BUMN sore tadi.
MOU Indofarma dengan PT Telekomunikasi pada layanan jaringan komunikasi data dan internet serta layanan e-apotik sore ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai keuntungan yang ditargetkan tersebut.
MOU Indofarma dengan PT Telekomunikasi pada layanan jaringan komunikasi data dan internet serta layanan e-apotik sore ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai keuntungan yang ditargetkan tersebut.
Sinergi antar BUMN didasarkan atas Peraturan Mentri
Negara BUMN No 5 tahun 2008 tentang pengadaan barang dan jasa di lingkungan
BUMN.
Ary menuturkan Indofarma sudah mempunyai 124 cabang di seluruh Indonesia, tahun ini akan meningkatkan pelayanan regular, menambah dan meningkatkan alat kesehatan serta laboratorium."Posisi kami akan ditopang dengan infrastruktur yang bagus, IT sudah online real time, sehingga jika akan laporan dapat menggunakan sms dan email," ucap Ary.
Ary menuturkan Indofarma sudah mempunyai 124 cabang di seluruh Indonesia, tahun ini akan meningkatkan pelayanan regular, menambah dan meningkatkan alat kesehatan serta laboratorium."Posisi kami akan ditopang dengan infrastruktur yang bagus, IT sudah online real time, sehingga jika akan laporan dapat menggunakan sms dan email," ucap Ary.
Indofarma Global Medika merupakan perusahaan hasil
restrukturisasi PT Indofarma Tbk pada 2000. Anak usaha Indofarma ini berperan
sebagai distributor dari produk-produk PT Indofarma dan perdagangan alat
kesehatan.
Adapun PT Indofarma Tbk menargetkan penjualan bersih Rpl,4 triliun pada 2010, naik 27.27% dari target penjualan tahun ini Rp 1 J triliun ditopang oleh peningkatan penjualan obat dari program jamkesmas.
Adapun PT Indofarma Tbk menargetkan penjualan bersih Rpl,4 triliun pada 2010, naik 27.27% dari target penjualan tahun ini Rp 1 J triliun ditopang oleh peningkatan penjualan obat dari program jamkesmas.
Omzet Obat Generik Terus Naik
Meski penjualan
obat generik terus meningkat, volume penjualannya masih kecil sehingga belum
mengancam pangsa pasar produsen obat bermerek.
JAKARTA -
Kinerja perusahaan farmasi yang mengandalkan penjualan obat bermerek saat ini
belum terpengaruh oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan obat
generik. Volume penjualan obat generik diperkirakan akan meningkat 5-10 persen
setiap tahunnya.Direktur Pemasaran PT Kimia Farma Tbk Agus Anwar mengatakan
untuk pasar farmasi di Indonesia, volume penjualan obat generik tahun ini baru
sekitar 9 persen dari total potensi pasar penjualan farmasi nasional yang
mencapai 37 triliun rupiah. Namun, omzet obat generik diprediksi akan terus
meningkat setiap tahunnya.
"Saat ini
masih kecil, namun penjualan obat generik akan terus meningkat hingga 5-10
persen ke depannya," ungkap Agus, Selasa (13/7).Agus menambahkan tahun
ini, perseroan menganggarkan dana 800 miliar rupiah untuk belanja modal
(Capex). Dari dana tersebut, 360 miliar rupiah untuk memproduksi obat generik
dan 440 miliar rupiah untuk obat non-generik.Dia melanjutkan obat generik
diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menengah ke bawah dengan harga
yang terjangkau, "jika masyarakat tidak memunyai uang cukup untuk membeli
obat branded, dia bisa memilih obat generik. Jadi, semuatergantung pilihan
masyarakat, namun sebetulnya obat ini memiliki kualitas yang sama dengan obat
branded" jelas dia.
Seperti diketahui, pemerintah saat ini gencar mengampanyekan
pemakaian obat generik di masyarakat. Mereka juga disarankan agar meminta
dokter menuliskan resep obat generik.Terkait proyeksi kinerja hingga akhir
tahun ini, pihaknya optimistis bisa mencapai penjualan hingga tiga triliun
rupiah. Sedangkan laba bersih diproyeksikan bisa mencapai 60 miliar rupiah.
"Kami optimistis karena saat ini sudah mengantongi kontrak senilai 600
miliar rupiah," katanya.Kontrak-kontrak tersebut berasal dari pemerintah
yang terdiri dari tiga program, yakni program obat HIV/AIDS, obat demam berdarah,
dan obat malaria senilai 150 miliar - 170 miliar rupiah. Selanjutnya, untuk
program peningkatan gizi dan obat lainnya, masing-masing bernilai 50 miliar
rupiah dan 150 miliar rupiah.
Kepada Yth,
BalasHapusPERUSAHAAN
DI TEMPAT
Up : HRD Keuangan
Perihal : Penawaran Penerbitan Bank Garansi & Asuransi,
(Tanpa Agunan,Non Collateral)
Bersama ini Kami ingin memperkenalkan diri, bahwa CV. ANUGERAH JAYA ABADI adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Penerbitan Jaminan Bank Garansi & Surety Bond Tanpa Agunan atau Non Collateral,Proses Cepat,Bisa dicek Keabsahanya dan Polis Di Jamin kami antar.
Jenis jaminan yang kami terbitkan yaitu sbb:
1.Jaminan Penawaran ( Bid Bond )
2.Jaminan Pelaksanaan ( Peformance Bond )
3.Jaminan Uang Muka ( Advance Payment Bond )
4.Jaminan Pemeliharaan ( Maintenance Bond )
5.Jaminan pembayaran akhir tahun ( SP2D )
Jenis jaminan Asuransi kami terbitkan antaranya sbb:
• PT. Asuransi ASKRINDO
• PT.Asuransi JASINDO
• PT.Asuransi ASEI
• PT.Asuransi SINARMAS
• PT.Asuransi JAMKRINDO
• PT.Asuransi ASKRIDA
• PT.Asuransi BUMIDA
• PT.Asuransi ACA
• PT.Asuransi MEGA PRATAMA
• PT.Asuransi BOSOWA PERISKOP
• PT.Asuransi RAYA
• PT.Asuransi BERDIKARI
• PT.Asuransi RAMAYANA
* PT.Asuransi REKAPITAL
Jenis Bank Garansi Kami terbitkan sbb:
* Bank Mandiri
* Bank BRI
* Bank BNI
* Bank BTN
* Bank BCA
* Bank BII
* Bank BUKOPIN
* Bank EXIM
* Bank BPD DKI
* Bank BPD JATIM
* Bank BPD SUMSEL
* Bank BPD JAB
Syarat - Syarat Penerbitan Bank Garansi & Surety Bond Adalah :
* Membuat surat permohonan Bank Guarantee / Surety Bond
* Melampirkan Company profil / Biodata prusahaan lengkap
* Melampirkan laporan keuangan ( neraca rugi/laba ) 2 tahun terakhir
* Melampirkan photo cofy undangan lelang /SPK/P.O/RKS & Surat kontrak lainya
Demikianlah penawaran ini kami sampaikan, semoga ini merupakan awal kerjasama yang baik dan berkesinambungan dimasa yang akan datang. Sambil menunggu konfirmasi Fwd: Penawaran Penerbitan Bank Garansi & Asuransi,( Tanpa Agunan,Non Collateral )nya saya ucapkan terimakasih...
Berikut Di Bawah ini saya lampirkan
Proposal Penawaran Penerbitan Bank Garansi & Asuransi,(Tanpa Agunan,Non Collateral)
Hormat kami,
CV. ANUGERAH JAYA ABADI
Jl. Dukuh Zamrud selatan Blok c No. 37 mustika jaya - bekasi
From : Mebri Ardiantoni
Contac : 0812 8624 2229
E-Mail : mebri.jaya@gmail.com