"Don't be afraid of change... you may lose something good, but you may gain something even better (ง •̀_•́)ง "

Kamis, 12 April 2012

“Pramudya Anantatur”


Nama               : Yunita Ardah Ritonga
Npm                : 0816021013
Jurusan            : Ilmu Pemerintahan
Matkul             : Civil Society

RESUME
“Pramudya Anantatur”

Di dalam Novel karangan Pramudya, dia menceritakan sebuah kisah Minke yang ingin bebas dan tidak terikat oleh apapun. Minke adalah anak seorang bangsawan Jawa yang sedang menempuh pendidikan di H.B.S. sebuah sekolah terkenal yang mayoritas murid-muridnya adalah orang kulit putih totok dan indo. Sebagai seorang pribumi, prestasi Minke di H.B.S. cukup membanggakan, bahkan menjadi juara umum cabang Surabaya.
Minke mempunyai musuh yang bernama Pangemanan, yaitu seorang mantan Komisaris Polisi. Pangemanann tiba-tiba ‘dipensiundinikan’ dari jabatannya sebagai seorang anggota besar polisi dan ditarik oleh Gubermen menjadi tenaga ahli politik dalam ‘keluarga’ Algemeene Secretarie. Tugas utamanya adalah memata-matai pergerakan organisasi pribumi dan membuat semacam perintah diam-diam untuk menumbangkan siapa dan apa saja yang sekiranya dapat meletuskan semangat nasionalisme Hindia yang bisa mengancam kedudukan penguasa Belanda di Hindia. Dan pada akhirnya Minke ditangkap oleh pihak kepolisian pimpinan inspektur Pagemanann yang memang sudah mengincarnya sejak lama.
Pangemanann berhasil menyingkirkan pemimpin utama sekaligus otak pendirian Syarikat Minke dan membuangnya ke luar Jawa serta merenggut dengan sembunyi-sembunyi semua harta milik R.M. Minke di tanah Jawa. Dengan otak kolonialnya, Pangemanann juga membikin para generasi ‘pemikir’ Hindia, seperti Siti Soendari, tersingkir dari papan percaturan kehidupan di Hindia. pangemanan sendiri mengakui bahwa menghasut, menjilat, menindas, apalagi membodohkan bangsa jajahan adalah watak dasar kolonial.
Sebenarnya, Pangemanan mengagumi sekali pribadi Minke, Karena kekagumannya pada Minke maka Pagemanann sendiri yang mengawal Minke ke tempat pembuangannya di daerah Maluku. Setelah Minke dibuang, Pagemanann tetap saja rajin menyelidiki kehidupan sang tokoh panutan. Pagemanann juga menyelidiki tokoh-tokoh yang diceritakan Minke dalam buku-buku karyanya.

Pangemanann sendiri merasa jijik dengan tugas tersebut. dengan pendidikan tinggi Eropa yang telah dipelajarinya ia berlaku curang kepada orang yang tidak bersalah.Ia menyadari itu, tetapi nurani kemanusiannya terkalahkan oleh akal dan semangat kolonialnya. Harta, pangkat, kedudukan, dan jabatan telah membuatnya lupa akan dirinya, lupa akan keluarganya, dan lupa akan siapa yang harus dibelanya. Sangat disayangkan, ilmu setinggi itu terbungkam oleh nafsu keserakahan Eropa sebagai bangsa penjajah.

Kematian Minke telah menyadarkan betapa hinanya Pangemanann sebagai manusia. Pangemanann debaluti rasa penyesalan yang sangat mendalam. Karena  dialah penyebab kematian Minke, seorang musuh sekaligus gurunya, orang yang selama ini selalu dikaguminya sebagai seorang pribadi yang berprinsip dan sebagai seorang manusia yang bebas.
Dalam penyesalan yang amat besar itulah, Pangemanann melalui pembantunya, ia menyerahkan semua tulisan-tulisan “Rumah Kaca”-nya beserta semua naskah milik R.M. Minke yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah,  kepada Madame Sanikem Le Boucq sebelum Pangemanann memutuskan untuk  pergi ke Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar