"Don't be afraid of change... you may lose something good, but you may gain something even better (ง •̀_•́)ง "

Selasa, 14 Agustus 2018

Akhirnya Wapres JK “Mengkhianati” Jokowi dan “Berselingkuh” dengan ARB

JK oh JK. Wapres yang satu ini memang politisi yang unik. JK benar-benar seorang politisi tulen yang berlatar belakang pengusaha sehingga dirinya selalu mampu mengambil kesempatan dalam kesempitan baik demi kepentingan dirinya sendiri maupun kepentingan orang lain.
Sebagai pebisnis ulung yang sukses tentu saja JK mampu membaca peluang maupun prospek bisnis yang ada disekelilingnya. Dan naluri itu tentu saja tetap ada dan berkembang ketika JK mulai berpindah profesi menjadi seorang politisi.

Memilih dan bergabung dengan Golkar adalah Pilihan terbaik dari JK. Sebagai Pebisnis tentu JK paham jaringan birokrasi yang dimiliki Golkar berikut peluang-peluang bisnis yang ada di seputar kekuasaan Golkar. Golkar saat itu dan mungkin hingga sampai tahun lalu adalah Partai Politik dengan Jaringan Birokrasi terkuat diantara partai-partai lainnya.

Sayangnya persaingan untuk menjadi yang teratas (pucuk pimpinan) Golkar bukanlah hal yang mudah bagi JK. Terlalu banyak saingan dan JK paham dirinya tidak mungkin menjadi Top Leader selama masih ada Wiranto, Prabowo, Akbar Tanjung, dan nama-nama besar lainnya.
Naluri mencari posisi menang memang selalu dicari JK. Dan terjadilah manuver cantik JK pada tahun 2004 dimana JK berani meninggalkan (mengkhianati) Golkar hanya untuk menempel ketat kepada SBY bak Prangko. Penciuman JK sangat tajam dan tahu bahwa SBY yang belum punya partai memang sangat berpeluang menjadi nomor 1 di Indonesia sehingga apapun yang dimiliki JK saat itu langsung dikorbankan demi mendapatkan kepercayaan dari SBY sekaligus meminta posisi paling strategis di samping SBY.

SBY pun pada saat itu langsung percaya dengan “Ketulusan” JK. Apalagi JK menjanjikan pada SBY bahwa dirinya mampu menggalang dukungan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan SBY.

Dan akhirnya berhasil sudah JK menjadi Wakil Presiden yang mendampingi SBY yang didaulat rakyat untuk menjadi Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Strategi JK berhasil.

Strategi JK berikutnya adalah mengakuisisi partai Golkar dengan bermain dua kaki. JK merayu SBY agar menawarkan Posisi beberapa menteri dan imbalan dukungan Golkar pada SBY sehingga akan kuat di Parlemen. SBY setuju dan elit-elit Golkar pun menyambut baik. Semuanya untung. SBY memperoleh dukungan Golkar di Parlemen, Golkar mendapat posisi beberapa menteri dan JK sendiri yang sudah menjadi Wapres selanjutnya tanpa kesulitan akhirnya berhasil meraih kursi Ketua Umum Golkar.

Seharusnya sampai disitu sudah cukup bagi JK. Sayangnya naluri bisnisnya untuk menjadi yang teratas tidak mampu dibendungnya sendiri. JK pun memposisikan dirinya sebagai Real President. Posisi Wapresnya oleh dirinya dianggap sejajar dengan Presiden sehingga akhirnya Pemerintahan 2004-2009 menjadi Pemerintahan dengan Matahari Kembar.

Tahun 2009 adalah tahun kelam bagi JK dimana ambisinya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia tidak diridoi rakyat Indonesia. Nama JK tidak berakar di masyarakat. JK hanya popular di beberapa kalangan saja sehingga pertarungannya dengan SBY di Pilpres 2009 membuatnya hanya menjadi pecundang. SBY meraih 60% suara sementara JK hanya meraih 6%.

Gagalnya JK meraih kursi Presiden berdampak besar di posisinya di Golkar. ARB yang memang sudah lama menunggu kesempatan untuk merebut kursi Ketua Umum berhasil menjungkalkan JK yang sedang menjadi Pecundang. Semua kemampuan yang dimiliki (termasuk dana tentunya) berhasil membawa ARB meraih tempat paling bergengsi di Golkar yaitu Ketua Umum.

JK pun akhirnya pada tahun 2009 tidak mendapat posisi apapun di pentas politik tanah air sehingga JK akhirnya memilih menjadi Ketua Dewan Masjid Indonesia. Dan beberapa saat kemudian JK mampu mengupayakan jabatan social lainnya yaitu Ketua Palang Merah Indonesia. Lumayanlah sambil menunggu peluang lain datang.

Dan akhrinya peluang itu datang pada tahun 2013. Ini sama persis yang terjadi pada tahun 2004. Terbit baru Jagoan Baru dari rakyat. Sosok baru yang melesat kepopulerannya seperti halnya SBY pada tahun 2004. Dan sosok itu adalah Jokowi yang menjabat sebagai Gubernur DKI sejak tahun 2012.

Naluri bisnis dan naluri politik JK langsung berguncang keras. Ini peluang emas lagi datang dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dan terjadilah manuver tajam kedua kalinya dari JK.

JK tahu posisi dan kondisi PDIP. JK paham ketergantungan PDIP pada sosok Megawati sehingga sangat mudah merangkul PDIP. Cukup membujuk rayu Megawati dengan menjanjikan segala macam dukungan politik dan lain-lain, maka Megawati akan manggut-manggut menuruti apapun saran JK.

Apalagi sahabat kental JK yaitu Surya Paloh juga sangat dekat dengan Megawati sehingga mulus sudah pendekatan dan rayuan maut JK kepada Megawati. Terjadilah peristiwa berulang dimana JK berhasil memperoleh restu Megawati untuk menjadi Cawapres dari Capres yang paling berpeluang di 2014.

Saat itu penolakan public maupun relawan Jokowi juga sudah cukup besar. Tetapi tanpa ragu dan tanpa malu JK menyatakan diri dan berjanji kepada public bahwa dirinya akan menjadi Wapres yang baik dan nggak neko-neko seperti yang dilakukannya pada periode 2004-2009 dimana sebagai Wapres pada saat itu JK begitu sering ingin menyalib kekuasaan Presiden.

Apa boleh buat, public pendukung Jokowi maupun relawan Jokowi terpaksa menelan janji-janji tersebut. Semua orang tahu umumnya Janji Seorang Politisi, tetapi memang yang paling menentukan siapa Cawapres Jokowi saat itu adalah Megawati maka tidak ada seorangpun yang mampu memprotesnya.

Hingga kemudian terjadilah sejarah lagi, JK yang hanya didukung partai Nasdem tetapi mampu melobi (membujuk rayu) Megawati berhasil menjadi Wakil Presiden yang mendampingi Presiden baru Joko Widodo. JK sempat merasakan kemegahan dan sambutan yang penuh harapan luar biasa dari masyarakat luas pada saat Hari Pelantikan Jokowi dengan meriahnya arak-arakan dari gedung DPR hingga ke Istana Negara.

Kegagalan JK Mengakuisisi Golkar

Sebenarnya pada awal tahun 2014 yang pernah dijanjikan JK kepada Megawati pada saat PDIP ingin memilih siapa yang layak menjadi Cawapres Jokowi adalah Dukungan Golkar. JK berjanji dan sesumbar pada Megawati bahwa dirinya pasti akan berhasil mengarahkan Golkar mendukung Jokowi untuk menjadi Capres yang bertarung di Pilpres kemarin. Dan Megawati terlanjur percaya kepada JK. Bagaimanapun juga waktu tahun 2004 pernah terbukti JK berhasil melakukannya.

Sayangnya sejak tahun 2009 hingga awal 2014 lalu Golkar sangat dikuasai oleh ARB. ARB sebenarnya tadinya adalah sahabat lama JK tetapi karena ARB juga seorang pengusaha yang berpolitik hingga akhirnya ARB juga yang menghempaskan JK dari kursi Ketua Umum Golkar pada tahun 2009. JK dan ARB sejak saat itu bermusuhan dan saling menjegal.

Masalah itu menjadi sangat terang benderang pada musim Pilpres lalu dimana PDIP tidak berhasil mengajak Golkar menjadi koalisinya untuk menghadapi Pilpres. JK tidak berhasil menanamkan pengaruh lamanya ke elit Golkar. JK terbentur kekuatan politik ARB di Golkar dimana ARB mengisyaratkan pada PDIP bahwa Golkar akan mendukung Jokowi apabila ARB bisa menjadi Cawapres dari Jokowi.

Dan akhirnya kita semua lihat bahwa pada saat Pilpres lalu ARB berhasil membawa penuh gerbong Golkar untuk mendukung Prabowo. ARB merasa JK adalah musuhnya sehingga Jokowi pun menjadi musuh ARB dan Golkar pada saat Pilpres 2014 lalu.

Tidak hanya di Pilpres saja, bahkan kekuatan ARB menguasai Golkar tak bisa diganggu sama sekali oleh JK sampai dengan pelantikan DPR/MPR 2014-2019. JK tidak mampu mengakses Golkar sejak sebelum Pilpres 2014 hingga menjelang pembentukan Kabinet Pemerintahan Jokowi. Kekuatan ARB terlalu kuat untuk dilawan oleh seorang JK. Seperti apapun rayuan JK untuk mendudukkan menteri dari Golkar ditepis keras-keras oleh ARB.

Selama masih ada ARB di Golkar maka JK tidak akan mampu melakukan penetrasi apapun ke internal Golkar. Hal itu juga terbukti ketika ARB kembali ingin menjadi Ketua Umum Golkar dimana akhirnya membuat elit lainnya melawan sehingga Golkar mengalami Konflik Besar pun ternyata JK tidak pernah bisa menjadi penengah maupun menjadi tokoh yang disegani Golkar secara umum.

ARB Menyerah Dengan Kekuatan Menpora

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sudah belasan tahun sepak bola Indonesia berikut PSSI dikuasai oleh Dinasty Bakrie. Semua masyarakat luas sudah tahu betul bahwa cengkraman Nirwan Bakri ke tubuh PSSI sangat kuat. Tangan kanan keluarga Bakrie yang sangat terkenal antara lain Nurdin Halid, La Nyala dan beberapa nama yang selalu menjadi pengurus inti PSSI.

Faktanya adalah Sepakbola Nasional tidak pernah maju-maju dan semakin tertinggal dari Negara-negara tetangga. Rangking sepak bola kita jauh dibawah Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Philipina. Masyarakat luas sudah menduga PSSI kita, klub-klub kita dan semua insan bola sudah dikuasai Mafia Bola. Itulah yang membuat Sepakbola kita tidak pernah mengalami kemajuan.

Sepak bola adalah olahraga dengan jaringan bisnis yang sangat besar dan sangat menggiurkan bagi siapapun raksasa-raksasa grup bisnis di belahan dunia manapun. Dan di Indonesia yang paling beruntung adalah Grup Bisnis Bakrie Grup yang sudah menguasainya selama belasan tahun.

Menpora yang baru Imam Nahrowi tahu betul tentang hal tersebut sehingga Menpora ingin melakukan perbaikan-perbaikan drastic untuk itu. Tetapi sayangnya ada perlawanan keras dari elit-elit PSSI yang merupakan kaki tangan Bakrie grup. Mereka tidak mau PSSI diperbaiki oleh Menpora sehingga mereka melawan arahan Menpora. Hal itu akhirnya membuat Menpora mengambil langkah Membekukan Kepengurusan PSSI.

Dan kemudian Surat Pembekuan PSSI mendapat perlawanan keras dari La Nyala Matalitti yang saat ini menjadi Ketua PSSI. La Nyala yang notabene tangan kanan Nirwan Bakrie melakukan berbagai cara untu melawan Menpora mulai dari menggunakan pengurus-pengurus klub untuk memprotes Menpora hingga memobilisasi para mahasiswa untuk berdemo pada Menpora.

Bagaimanapun juga kalau sampai FIFA menjatuhkan sanksi pada Indonesia maka PSSI akan bubar sementara. Hal ini akan diteruskan dengan pembentukan PSSI baru yang membongkar penuh pengurus-pengurus lama yang selama ini dikendalikan oleh jaringan bisnis Bakrie Grup.

Selanjutnya kemudian ternyata demo-demo dan segala upaya yang dilakukan PSSI bentukan grup Bakrie tidak mampu melawan keteguhan hati Menpora Imam Nahrowi. Bahkan seperti dikabarkan berbagai media Presiden Jokowi mendukung langkah Menpora untuk melakukan revolusi pada sepak bola Nasional.

Inilah akhirnya yang membuat ARB dan Bakrie Grup kebakaran jenggot. Beberapa hari mendatang adalah batas Deadline dari FIFA agar PSSI bisa bekerja dengan dukungan pemerintah. Bila sampai waktunya habis maka FIFA akan memberi sanksi bagi PSSI.

Apa boleh buat, ARB harus mencari berbagai cara agar jaringan bisnisnya terselamatkan. ARB harus mencari orang yang lebih kuat dari Imam Nahrowi.

Konflik Golkar, PSSI Dan “Pertolongan” JK

ARB dan JK adalah sama-sama Pengusaha Bisnis yang sukses. Mereka juga sama-sama merupakan Politisi yang mempunyai ambisi untuk menjadi Presiden. Meskipun sampai dengan minggu kemarin mereka bermusuhan tetapi diantara mereka sudah pasti Tahu Sama Tahu. Dan siap untuk berbisnis demi kepentingan bersama.

Konflik Golkar dengan kedua Kepengurusan yang saling mengklaim mana yang sah sudah terjadi enam bulan terakhir. Baik kubu Agung Laksono dan kubu ARB masih sama-sama kuat. Dalam hal tertentu kubu ARB lebih kuat dari kubu Agung karena ARB didukung KMP yang menguasai DPR. Belum lagi kemampuan financial ARB yang mampu mengatur segalanya hingga membayar pengacara mahal mapun mengatur lembaga peradilan.

Kalau hanya untuk berperang dengan Agung Laksono tentu ARB tidak akan menyerah sampai kapanpun. Sayangnya hambatan datang dari agenda nasional yaitu Pilkada Serentak 2015. Pertarungan ARB dan Agung Laksono di Pengadilan kemungkinan besar membuat Golkar tidak bisa ikut Pilkada Serentak ini.

Peluang ARB masih 50% untuk menguasai Golkar tetapi yang menjadi pikiran ARB yang paling prioritas adalah jaringan bisnisnya. Fakta yang ada setelah Pilpres 2014 semua saham-saham grup bisnis Bakri rontok berjatuhan. Ini sangat mengkuatirkan dan yang paling menakutkan bagi ARB dan Bakrie Grup adalah PSSI lepas dari cengkraman mereka.

Inilah masalah besarnya untuk ARB. Bakri Grup tidak mampu melawan Menpora yang didukung oleh Presiden Jokowi. Yang bisa menyelamatkan kepentingan Bakrie Grup di PSSI adalah Jusuf Kalla yang didukung oleh atasan Jokowi yaitu Megawati.

Mau tidak mau ARB harus meminta pertolongan JK. Tetapi tentu saja harus ada imbal baliknya. Apakah itu?

JK Memang Politisi Tulen dan Tidak Butuh Dukungan Rakyat

Sejarah Indonesia sudah membuktikan bahwa ada Politisi yang mempunyai konstituen dan ada Politisi yang punya jaringan maupun Dana Besar dan tidak membutuhkan dukungan rakyat. Politisi yang tidak butuh dukungan rakyat adalah Politisi Tulen dimana semua posisi bisa dibeli baik memakai uang, barter jaringan bisnis ataupun pengaruh ataupun jaringan lobi-lobi politik. Politisi jenis ini antara lain : JK, ARB, Hari Tanoe, Hasyim Djojohadikusumo dan lain-lainnya.

JK adalah politisi tulen. Ketika tahun 2004 JK menempel ketat SBY. Padahal SBY berseberangan dengan Megawati yang masih menjadi Presiden. Tetapi ketika tahun 2007-2009 sewaktu JK memusuhi SBY maka JK mendekati Megawati. Apalagi JK pernah menjadi Menteri dari Megawati. Itulah Politisi Tulen.

Pada tahun 2004 JK tidak membutuhkan dukungan masyarakat karena sebagai Cawapres tinggal membonceng nama besar Capresnya (SBY). Faktanya kemudian pada tahun 2009 JK yang didukung Partai Pemenang Pemilu Legislatif yaitu Golkar hanya mendapat 6% suara dalam Pilpres.

Begitu juga tahun 2014 kemarin dimana JK tidak punya dukungan masyarakat kecuali warga Sulawesi Selatan. JK hanya butuh dukungan dari para Politisi yang mengusai Capres Terkuat, dalam hal ini JK hanya butuh dukungan Megawati dan Surya Paloh agar dirinya bisa menjadi Wakil Presiden

Akhirnya terbukti juga setelah 3 bulan menjadi Wapres, JK sudah mulai sering berseberangan pendapat dengan Presiden Jokowi. Yang nyata-nyata terjadi pada saat polemic Budi Gunawan hingga Kriminalisasi terhadap KPK. JK selalu mengambil posisi mendukung kepentingan PDIP/ Megawati dibanding mendengar aspirasi masyarakat.

JK tidak perduli apapun pendapat masyarakat tentang sikapnya yang membela Polri dan PDIP. JK juga tidak perduli apakah KPK mau lumpuh atau tidak. Yang penting buat JK adalah posisinya sebagai Wapres tetap aman. Dan siapa tau tiba-tiba Jokowi sakit keras dirinyalah yang nanti akan menjadi Presiden.

Janji Politik JK kepada public bahwa dirinya tidak akan menjadi Matahari Kembar terbukti omong kosong. Janji JK untuk satu suara dengan Presiden Jokowi sangat jauh dari realitanya. Masyarakat mahfum itu, namanya juga Janji seorang Politisi.

Dan kini kembali lagi JK bermanuver. Demi kepentingannya bisa berpengaruh di Golkar maka JK tidak segan-segan menerima penawaran ARB untuk saling memberi. JK diminta ARB untuk menyelamatkan kepentingan Bakri Grup di tubuh PSSI dengan melawan kekuatan Menpora, dan disisi lain ARB menyanggupi akan melakukan Islah dengan Agung Laksono demi kepentingan politik JK.

Terjadilah sudah Deal antara JK dengan ARB. Dan tanpa restu Presiden Jokowi, Wapres JK langsung mengumumkan bahwa Surat Pembekuan PSSI oleh Menpora akan dicabut/ direvisi. JK tidak perduli dengan struktur hirarki Pemerintahan, JK tidak perduli bila dianggap mengintervensi Menteri Jokowi.

Semua itu demi kepentingan rakyat, kata JK.

Sumber :
https://www.beraninews.com/2015/05/akhirnya-wapres-jk-mengkhianati-jokowi.html?m=1

1 komentar:

  1. terkait http://yunitaardha.blogspot.com/2012/04/kumpulan-teori-efektivitas.html

    saya boleh minta daftar pustakanya kah??
    dombaibiz@gmail.com semoga berkah

    BalasHapus