"Don't be afraid of change... you may lose something good, but you may gain something even better (ง •̀_•́)ง "

Sabtu, 20 September 2014

Masih Adakah Hati Nurani Itu Untuk Rakyatmu, Wahai Pejabatku..!!!

oleh Yunita Ardha Ritonga pada 20 April 2011 pukul 21:13

Ketika  jeritan anak-anak yang kelaparan
Menggaung di telinga kita..
Masih adakah hati nurani para pejabat
Untuk mendengar tangis kesakitan mereka?
                        Katika penyakit menghampiri kaum terpinggir
                        Berbagai macam diaknosa yang di terima
                        Masih adakah hati nurani para pejabat
                        Untuk turut meringankan tangan membantu mereka?
Ketika air mata jatuh berderai pilu
Datang dari wajah TKI yang remuk lebam
Masih adakah hati nurani para pejabat
Untuk bergegas memperjuangkan nasib mereka?
                        Ketika kemiskinan bukan lagi cerita baru..
                        Maka pendidikanpun bukan permasalahan sederhana
                        Masih adakah hati nurani para pejabat
                        Untuk memperhatikan masa depan mereka?
Disaat rakyat menjerit kesakitan
Tercekik akibat himpitan ekonomi..
Dimana hati nurani mu pejabat ku?
Lihatlah mereka, saling berebut lahan
Demi sesuap nasi untuk anak dan istri..
                        Tidakkah engkau tersentuh melihat itu?
                        Darah yang mengalir bercampur kerngat
                        Kini mulai mengering tanpa terobati..
                        Namun semangat mereka mengalahkan denyut di luka
Disaat rakyat mengeluh meringis
Menahan lepuh menyusuri panasnya jalan berduri
Mencari jalan lepas untuk serangan hama yang menyebar
Dimanakah hati nuranimu pejabat ku?
Lihatlah mereka, yang mulai lelah pasrah
Hingga terdiam, bingung, apa lagi yang dapat diperbuat..
Tidakkah engkau tersentuh melihat itu?
                        Wahai pejabat ku yang terhormat….
                        Bisakah engkau sedikit menoleh kebawah
                        Lihatlah kami, lihatlah mereka, dan lihatlah dia
                        Yang terlelap di pinggir kebisingan kota
                        Beralas Koran melawan kedinginan malam,, itu dia rakyatmu pejabat ku???
Engkau malah sibuk dengan tuntutan kesenangan pribadi
Melupakan kewajibanmu pada rakyat
Engkau malah sibuk berdebat yang tak penting
Mengabaikan nasib rakyatmu di negeri seberang
Engkau malah sibuk menonton saat rapat di gedung terhormat
Menutup mata dari persoalan yang dialami rakyatmu
                        Engaku menuntut gedung yang super mewah
                        Melupakan gubuk derita yang kami punya..
                        Engkau meminta mobil dan fasilitas yang wah
                        Tidakkah kau melihat tubuh rakyatmu merapuh
                        Engkau sibuk studibanding keluar negri
                        Apa kau tau di negerimu ini masih banyak yang menderita
                        Engkau menghambur-hamburkan uang rakyat
                        Pernahkah kau berfikir, kalau itu adalah keringat rakyatmu..
Wahai pejabatku yang terhormat..
Masih adakah sisa hati nurani itu untuk rakyatmu?
Wahai pejabatku yang terhormat..
Masih adakah sisa hati nurani  itu untuk rakyatmu?
Tolong katakan pada kami,..
Masih adakah sisa hati nurani  itu untuk rakyatmu?
Jika tidak, maka beritahu kami..
Jika tidak, jujurlah pada kami..
Agar kami tahu yang sebenarnya..
Dan jika benar-benar tidak ada nurani yang tersisa
Maka kami tidak akan lagi meminta pada mu pejabatku..!
Kami akan terus berjuang sebisa mungkin
Kami akan bertahan hidup dengan sisa tenaga yang kami miliki
Kami akan melanjutkan perjalanan kami melawan kemiskinan
Dan kami akan terus mandiri tanpa harus mengemis padamu pejabatku
                        Kami akan merelakan hasil keringat kami
                        Jika kau lebih membutuhkannya, pejabatku..
                        Kami akan bekerja keras demi devisa
                        Jika memang Negara lebih membutuhkannya, pejabatku
                        Ambilah, ambilah semua yang kami punya, kami ikhlas….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar