Proses pembuatan kebijakan merupakan
proses yang rumit. Oleh karena itu, beberapa ahli mengembangkan model-model
perumusan kebijakan publik untuk mengkaji proses perumusan kebijakan agar lebih
mudah dipahami. Dengan demikian, pembuatan model-model perumusan kebijakan
digunakan untuk lebih menyederhanakan proses perumusan kebijakan yang
berlangsung secara rumit tersebut.
- Model Sistem
Paine dan Naumes menawarkan suatu model
proses pembuatan kebijakan merujuk pada model sistem yang dikembangkan oleh
David Easton. Model ini menurut Paine dan Naumes merupakan model deskripitif
karena lebih berusaha menggambarkan senyatanya yang terjadi dalam pembuatan
kebijakan.
Menurut Paine dan Naumes, model ini
disusun hanya dari sudut pandang para pembuat kebijakan. Dalam hal ini para
pembuat kebijakan dilihat perannya dalam perencanaan dan pengkoordinasian untuk
menemukan pemecahan masalah yang akan (1) menghitung kesempatan dan meraih atau
menggunakan dukungan internal dan eksternal, (2) memuaskan permintaan
lingkungan, dan (3) secara khusus memuaskan keinginan atau kepentingan para
pembuat kebijakan itu sendiri.
Dengan merujuk pada pendekatan sistem yang
ditawarkan oleh Easton, Paine dan Naumes menggambarkan model pembuatan
kebijakan sebagai interaksi yang terjadi antara lingkungan dengan para pembuat
kebijakan dalam suatu proses yang dinamis.
Model ini mengasumsikan bahwa dalam pembuatan
kebijakan terdiri dari interaksi yang terbuka dan dinamis antar para pembuat
kebijakan dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran
dan masukan (inputs dan outputs). Keluaran yang dihasilkan oleh organisasi pada
akhirnya akan menjadi bagian lingkungan dan seterusnya akan berinteraksi dengan
organisasi. Paine dan Naumes memodifikasi pendekatan ini dengan menerapkan
langsung pada proses pembuatan kebijakan.
Menurut model sistem, kebijakan politik
dipandang sebagai tanggapan dari suatu sistem politik terhadap
tuntutan-tuntutan yang timbul dari lingkungan yang merupakan kondisi atau
keadaan yang berada diluar batas-batas politik. Kekuatan-kekuatan yang timbul
dari dalam lingkungan dan mempengaruhi sistem politik dipandang sebagai
masukan-masukan (inputs) sebagai sistem politik, sedangkan hasil-hasil yang
dikeluarkan oleh sistem politik yang merupakan tanggapan terhadap
tuntutan-tuntutan tadi dipandang sebagai keluaran (outputs) dari sistem
politik.
Sistem politik adalah sekumpulan struktur
untuk dan proses yang saling berhubungan yang berfungsi secara otoritatif untuk
mengalokasikan nilai-nilai bagi suatu masyarakat. Hasil-hasil (outputs) dari
sistem politik merupakan alokasi-alaokasi nilai secara otoritatif dari sistem
dan alokasi-alokasi ini merupakan kebijakan politik. Di dalam hubungan antara
keduanya, pada saatnya akan terjadi umpan balik antara output yang dihasilkan
sebagai bagian dari input berikutnya. Dalam hal ini, berjalannnya sistem tidak
akan pernah berhenti.
Konseptualisasi
kegiatan-kegitan dan kebijakan publik ini dapat dilihat dalam Gambar di bawah
ini
Gambar
Kerangka Kerja Sistem yang Dikembangkan Easton
Gambar ini adalah suatu versi yang disederhanakan dari gagasan ilmu politik yang dijelaskan panjang lebar oleh seorang ilmuwan politik bernama David Easton. Pemikiran sistem politik yang dikemukakan oleh Easton ini, baik secara implisit atau eksplisit telah digunakan oleh banyak sarjana untuk melakukan analisis mengenai sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi yang timbul akibat adanya kebijakan publik.
Menurut model sistem, kebijakan publik
merupakan hasil dari suatu sistem politik. Konsep ”sistem” itu sendiri menunjuk
pada seperangkat lembaga dan kegiatan yang dapat diidentifikasi dalam
masyarakat yang berfunsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands) menjadi
keputusan-keputusan yang otoritatif. Konsep ”sistem” juga menunjukkan adanya
saling hubungan antara elemen-elemen yang membangun sistem politik serta
mempunyai kemampuan dalam menanggapi kekuatan-kekuatan dalam lingkungannya.
Masukan-masukan diterima oleh sistem politik dalam bentuk tuntutan-tuntutan dan
dukungan.
Gambar
Model Pembuatan Kebijakan
Yang
Dikembangkan Oleh Pained Dan Naumes
Tuntutan-tuntutan timbul bila individu
atau kelompok-kelompok dalam sistem politik memainkan peran dalam mempengaruhi
kebijakan publik. Kelompok-kelompok ini secara aktif berusaha mempengaruhi
kebijakan publik. Sedangkan dukungan (supports) diberikan bila
individu-individu atau kelompok-kelompok dengan cara menerima hasil-hasil
pemilihan-pemilihan, mematuhi undang-undang, membayar pajak dan secara umum
mematuhi keputusan-keputusan kebijakan. Suatu sistem menyerap bermacam-macam
tuntutan yang kadangkala bertentangan antara satu dengan yang lain.
Untuk mengubah tuntutan-tuntutan menjadi
hasil-hail kebijakan (kebijakan-kebijakan publik),
suatu sistem harus mampu
mengatur penyelesaian-penyelesaian pertentangan atau konflik dan memberlakukan
penyelesaian-penyelesaian ini pada pihak yang bersangkutan. Oleh karena suatu
sistem dibangun berdasarkan elemen-elemen yang mendukung sistem tersebut dan
hal ini bergantung pada interaksi antara berbagai subsistem, maka suatu sistem
akan melindungi dirinya melalui tiga hal, yakni: 1) menghasilkan outputs yang
secara layak memuaskan, 2) menyandarkan diri pada ikatan-ikatan yang berakar
dalam sistem itu sendiri, dan 3) menggunakan atau mengancam untuk menggunakan
kekuatan (penggunaan otoritas).
Dengan penjelasan yang demikian, maka
model ini memberikan manfaat dalam membantu mengorganisaikan penyelidikan
terhadap pembentukan kebijakan. Selain itu, model ini juga menyadarkan mengenai
beberapa aspek penting dari proses perumusan kebijakan, seperti misalnya
bagaimana masukan-masukan lingkungan mempengaruhi substansi kebijakan publik
dan sistem politik? Bagaimana kebijakan publik mempengaruhi lingkungan dan
tuntutan-tuntutan berikut sebagai tindakan? Kekuatan-kekuatan atau
faktor-faktor apa saja dalam lingkungan yang memainkan peran penting untuk
mendorong timbulnya tuntutan-tuntutan pada sistem politik.
- Model Rasional Komprehensif
Model ini merupakan model perumusan
kebijakan yang paling terkenal dan juga paling luas diterima para kalangan
pengkaji kebijakan publik. Pada dasarnya model ini terdiri dari beberapa
elemen, yakni :
- Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu. Masalah ini dapat dipisahkan dengan masalah-masalah lain atau paling tidak masalah tersebut dapat dipandang bermakna bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang lain.
- Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran-sasaran yang mengarahkan pembuat keputusan dijelaskan dan disusun menurur arti pentingnya.
- Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.
- Konsekuensi-konsekuensi (biaya dan keuntungan) yang timbul dari setiap pemilihan alternatif diteliti.
- Setiap alternatif dan konsekuensi yang menyertainya dapat dibandingkan dengan alternatif-alternatif lain. Pembuat keputusan memiliki alternatif beserta konsekuensi-konsekuensinya yang memaksimalkan pencapaian tujuan, nilai- atau sasaran-sasaran yang hendak dicapai.
Keseluruhan proses tersebut akan
menghasilkan suatu keputusan rasional, yaitu keputusan yang efektif untuk
mencapai tujuan tertentu.
- Model Penambahan
Kritik
terhadap model rasional komprehensif akhirnya melahirkan model penambahan atau
inkrementalisme. Oleh karena itu berangkat dari kritik terhadap model rasional
komprehensif, maka model ini berusaha menutupi kekurangan yang ada dalam model
tersebut dengan jalan menghindari banyak masalah yang ditemui dalam model
rasional komprehensif.
Model ini lebih bersifat deskriptif dalam
pengertian, model ini menggambarkan secara aktual cara-cara yang dipakai para
pejabat dalam membuat keputusan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mempelajari model penambahan (inkrementalisme), yakni:
- Pemilihan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran dan analisis-analisis empirik terhadap tindakan dibutuhkan. Keduanya lebih berkaitan erat dengan dan bukan berada satu sama lain.
- Para pembuat keputusan hanya mempertimbangkan beberapa alternatif untuk menaggulangi masalah yang dihadapi dan alternatif-alternatif ini hanya berada secara marginal dengan kebijakan yang sudah ada.
- Untuk setiap alternatif, pembuat keputusan hanya mengevaluasi beberapa konsekuensi yang dianggap penting saja.
- Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dibatasi kembali secara berkesinambungan. Inkrementalisme memungkinkan penyesuaian-penyesuaian sarana-tujuan dan tujuan-sarana sebanyak mungkin sehingga memungkinkan masalah dapat dikendalikan.
- Tidak ada keputusan tunggal atau penyelesaian masalah yang dianggap ”tepat” pengujian terhadap keputusan yang dianggap baik bahwa persetujuan terhadap berbagai analisis dalam rangka memecahkan persoalan tidak diikuti persetujuan bahwa keputusan yang diambil merupakan sarana yang paling cocok untuk meraih sasaran yang telah disepakati.
- Pembuatan keputusan secara inkremental pada dasarnya merupakan remedial dan diarahkan lebih banyak kepada perbaikan terhadap ketidaksempurnaan sosial yang nyata sekarang ini daripada mempromosikan tujuan sosial di masa depan.
Inkrementalisme merupakan proses pembuatan
keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang merupakan hasil kompromi dan
kesepakatan bersama antara banyak partisipan. Dalam kondisi seperti ini,
keputusan yang bijaksana akan lebih mudah dicapai kesepakatan bila
persoalan-persoalan yang dipersengketakan berbagai kelompok dalam masyarakat
hanya berupa perubahan-perubahan terhadap program-program yang sudah ada atau
hanya menambah atau mengurangi anggaran belanja.
Sementara itu, konflik biasanya akan
meningkat bila pembuat keputusan memfokuskan pada perubahan-perubahan kebijakan
besar yang dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian besar. Karena ketegangan
politik yang timbul demikian besar dalam menetapkan program-program atau
kebijakan baru, maka kebijakan masa lalu diteruskan untuk tahun depan kecuali
bila terdapat perubahan politik secara substansial. Dengan demikian, pembuatan
keputusan secara inkrementalisme adalah penting dalam rangka mengurangi konflik,
memelihara stabilitas dan sistem politik itu sendiri.
Menurut pandangan kaum inkrementalis, para
pembuat keputusan dalam menunaikan tugasnya berada dibawah keadaan yang tidak
pasti yang berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka di
masa depan, maka keputusan-keputusan inkremental dapat mengurangi resiko atau
biaya ketidakkepastian itu. Inkrementalisme juga mempunyai sifat realistis
karena didasari kenyataan bahwa para pembuat keputusan kurang waktu, kecakapan
dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan untuk melakukan analisis yang menyeluruh
terhadap semua penyelesaian alternatif masalah-masalah yang ada.
Di samping itu, pada hakikatnya orang
ingin bertindak secara pragmatis, tidak selalu mencari cara hingga yang paling
baik dalam menanggulangi suatu masalah. Singkatnya, inkrementalisme
menghasilkan keputusan-keputusan yang terbatas, dapat dilakukan dan diterima.
- Model Penyelidikan Campuran
Ketiga model yang telah dipaparkan
sebelumnya, yakni model sistem, model rasional komprehensif dan model
inkremental pada dasarnya mempunyai keunggulann dan kelemahannya masing-masing.
Oleh karena itu, dalam rangka mencari model yang lebih komprehensif, Amitai
Etzioni mencoba membuat gabungan antara keduanya dengan menyarankan penggunaan
mixedscanning. Pada dasarnya ia menyetujui model rasional, namun dalam beberapa
hal ia juga mengkritiknya. Demikian juga, ia melihat pula kelemahan-kelemahan
model pembuatan keputusan inkremental.
Menurtu Etzioni, keputusan yang dibuat para
inkrementalis merefleksikan kepentingan kelompok-kelompok yang paling kuat dan
terorganisir dalam masyarakat, sementara kelompok-kelompok yang lemah tidak
terorganisir secara politik diabaikan. Di samping itu, dengan memfokuskan pada
kebijakan-kebijakan jangka pendek dan terbatas, para inkrementalis mengabaikan
pembaruan sosial yang mendasar. Keputusan-keputusan yang besar dan penting,
seperti pernyataan perang dengan negara lain tidak tercakup dengan
inkrementalisme. Sekalipun jumlah keputusan yang dapat diambil dengan
menggunakan model rasional terbatas, tetapi keputusan-keputusan yang mendasar
menurut Etzioni adalah sangat penting dan seringkali memberikan suasana bagi
banyak keputusan yang bersifat inkremental.
Etzioni memperklenalkan mixed scanning
sebagai suatu pendekatan terhadap pembuatan keputusan yang memperhitungkan
keputusan-keputusan pokok dan inkremental, menetapkan proses-proses pembuat
kebijakan pokok urusan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar,
proses-proses yang mempersiapkan keputusan-keputusan pokok dan menjalankannya
setelah keputusan itu tercapai. Untuk
menjelaskan mixed scanning, Etzioni memberi gambaran sebagai berikut:
”kita
beranggapan akan membuat sistem pengamatan cuaca seluruh dunia dengan
menggunakan satelit-satelit cuaca”.
Pendekatan rasionalitas akan menyelidiki
keadaan-keadaan cuaca secara mendalam dengan menggunakan kamera-kamera yang
mampu melakukan pengamatan-pengamatan dengan teliti dan dengan
pemeriksaan-pemeriksaan terhadap seluruh angkas sesering mungkin. Hal ini akan
memberikan banyak hasil pengamatan secara terperinci, biaya yang mahal untuk
menganalisisnya dan kemungkinan membebani kemampuan-kemampuan untuk mengambil
tindakan. Inkrementalisme akan memusatkan pada daerah-daerah itu serta pola-pola
yang serupa yang berkembang pada waktu yang baru lalu dan barangkali terdapat
diwilayah terdekat. Dengan demikian, inkrementalisme mungkin tidak dapat
mengamati tempat-tempat yang kacau di daerah-daerah yang tidak dikenal.
Strategi penyelidikan campuran (mixed
scanning strategy) menggunakan elemen-elemen dari dua pendekatan dengan
menggunakan dua kamera, yakni sebuah kamera dengan sudut pandang lebar yang
mencakup semua bagian luar angkasa, tetapi tidak sangat terperinci dan kamera
yang kedua membidik dengan tepat daerah-daerah yang diambil oleh kamera pertama
untuk mendapatkan penyelidikan yang mendalam. Menurut Etzioni, daerah-daerah
tertentu mungkin luput dari penyelidikan campuran ini, namun pendekatan ini
masih lebih baik dibandingkan dengan inkrementalisme yang mungkin tidak dapat
mengamati tempat-tempat yang kacau di daerah-daerah yang tidak dikenal.
Dalam penyelidikan campuran para pembuat
keputusan dapat memanfaatkan teori-teori rasional komprehensif dan inkremental
dalam situasi-situasi ayang berbeda. Dalam beberapa hal, mungkin pendekatan
inkrementalisme mungkin telah cukup memadai namun dalam situasi yang lain
dimana masalah yang dihadapi berbeda, maka pendekatan yang lebih cermat dengan
menggunakan rasional komprehensif mungkin jauh lebih memadai.
Penyelidikan campuran juga memperhitungkan
kemampuan-kemampuan yang berbeda dari para pembuat keputusan. Semakin besar
kemampuan para pembuat keputusan memobilisasi kekuasaan untuk melaksanakan
keputusan, maka semakin besar pula penyelidikan campuran dapat digunakan secara
relistis oleh para para pembuat keputusan. Menurut Etzioni, bila bidang cakupan
penyelidikan campuran semakin besar, maka akan semakin efektif pembuatan
keputusan tersebut dilakukan.
Dengan demikian, penyelidikan campuran
merupakan suatu bentuk pendekatan ”kompromi”yang menggabungkan penggunaan
inkrementalisme dan rasionalisme sekaligus. Namun demikian, Etzioni tidak
memberi penjelasan yang cukup memadai menyangkut bagaimana pendekatan itu
digunakan dalam praktiknya. Walaupun begitu, pendekatan yang ditawarkan Etzioni
tersebut dapat membantu mengingatkan kenyataan-kenyataan penting bahwa
keputusan berubah secara besar-besaran dan proses keputusan yang berbeda adalah
wajar sejalan dengan sifat keputusan yang berubah-ubah tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar