Malaysia itu terlalu gede rasa. Baru saja menjadi OKB (Orang Kaya
Baru) sudah merasa melampaui Indonesia segalanya. Boleh kalah sama
negeri lain termasuk tetangganya Singapura, tetapi Malaysia tak boleh
kalah sama Indonesia untuk segalanya.
Namun pada sisi lain, mereka boleh jadi sebenarnya merasa rendah diri
juga sama Indonesia. Maklum semenanjung Malaysia Barat dan Malaysia
Timur jaman dulu adalah termasuk dalam kekuasaan kerajaan Majapahit.
Kekuasaan Majapahit sangat luas sampai meliputi Kawasan Hujung Medini
yakni: Pahang, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Trengganu, Johor, Paka,
Muar, Dungun, Tumasik (Singapura sekarang), Kelang, Kedah, Jerai,
Kanjapiniran dan juga Malano yang meliputi Serawak (Malaysia Timur
sekarang), Mindanao dan Tawao (Slamet Mulyana, “Pupuh XIII, XIV, dan XV dari kitab Nagarakretagama, Majapahit”, Jakarta 1979: 279-280). Di
samping itu, Nagarakretagama menginformasikan negara-negara yang bukan
“jajahan” Majapahit tetapi sahabat Majapahit yakni negeri-negeri Siam,
Ayudyapura, Darma Nagari, Marutma, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja
dan Yawana (Pupuh XV, bait 1).
Susahnya, generasi baru Malaysia itu tahunya Indonesia adalah yang
ada urusannya dengan masalah ecek-ecek. Yakni tak jauh dari urusan
pembantu rumah tangga; tukang masak, tukang nyuapin makan dan mandiin anak-anak
Melayu; tukang pembersih lantai dan toilet di gedung perkantoran;
tukang kebun kelapa sawit; pekerja kasar industri konstruksi dan
sebagainya. Bahkan penyeluk (copet), rampok dan pelaku kejahatan lainnya dituduhkan semuanya sebagai kerjaan orang Indon (begitu mereka menyebut Indonesia). Pokoknya dalam mindset mereka, Indonesia ini negara kelas dua.
Generasi baru Malaysia itu tidak tahu atau sengaja pura-pura tidak
tahu, bahwa sejak tahun 1968, orang tua mereka yang sekarang menduduki
jabatan menteri, pejabat tinggi kerajaan, pengusaha, para akademisi
universiti-universiti di Malaysia banyak belajar ke Indonesia; ke ITB,
UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Bahkan mahasiswa Malaysia pun sekarang
banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di
universitas-universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa
saja. Indonesia adalah negara dengan penduduk 240 juta orang adalah
negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika
Serikat. Indonesia adalah negara yang memiliki kebebasan pers yang
sama dengan di Amerika Serikat, kecuali tak boleh menerbitkan dan
memperdagangkan majalah pornografi dan tidak boleh memproduksi,
memperdagangkan dan menyiarkan film pornografi. Indonesia ini 1 dari 4
negara di Asia yang bersama Cina, India dan Korea Selatan masuk G-20
Dunia.
Indonesia adalah anomali bagi negara-negara maju produsen barang mewah, pesawat jet dan helikopter pribadi, high-end car, barang-barang elektronik super mewah, hig-end consumer goods, apartemen super mewah, jasa kesehatan kelas VVIP, event dan
jasa olahraga golf dan lain-lain. Mengapa? Karena Indonesia adalah
konsumen terbesar mereka. Karena penduduknya banyak, para orang kaya
Indonesia tarohlah jumlahnya 10%-nya saja ini berarti hampir 25 juta
orang. Itu sama saja dengan seluruh jumlah penduduk Malaysia itu
sendiri, baik yang kayanya maupun yang miskinnya. Atau jumlah orang kaya
Indonesia itu sama juga dengan seluruh penduduk benua Australia. Atau
jumlah orang kaya Indonesia itu juga sama dengan lima kali penduduk
seluruh Singapura. Mayoritas yang menaruh uang di bank-bank Singapura
adalah orang Indonesia. Yang beli apartemen di kawasan elite Kuala
Lumpur, Singapura, Melbourne, Sydney dan Perth itu orang kaya
Indonesia. Yang berobat ke hospital di Penang, Kuala Lumpur dan
Singapura itu orang kaya Indonesia. Indonesia ini tak ada matinye!!!
Masalahnya karena size Indonesia adalah
besar. Maka problema yang dihadapi Indonesia adalah sangat kompleks.
Sangat berbeda jauh dengan problema yang dihadapi Malaysia, yang
penduduknya saja cuma 23 juta orang, yakni sama saja dengan jumlah
penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Yang dihadapi
Indonesia adalah harus memerangi KKN (Korupsi-Kolusi-Nepotisme) yang
luar biasa rusak dan zalimnya diwariskan oleh rejim Soeharto, termasuk
larinya uang BLBI senilai lebih dari Rp. 700 triliun entah kemana.
Indonesia harus melawan kemiskinan dan kesehatan yang jelek karena utang
yang dibuat oleh rejim Soeharto melebihi US$ 100 milyar. Indonesia
harus melawan kebodohan karena mewariskan dana pendidikan yang sangat
kecil oleh rejim Soeharto. Indonesia itu harus berjuang berat melawan
Multinational Corporation (MNC) yang telah mengeksploitasi sumberdaya
alam Indonesia secara biadab. Sehingga lingkungan rusak berat, karena
mereka seolah merasa telah memiliki legalitas kuat dari “Contract of Works” yang dibuat oleh rejim Soeharto.
Oleh karena itu, awal dari segala awal kita bekerja membangun
Indonesa yang besar dalam kenyataannya kelak adalah kita harus membangun
3 (tiga) pilar utama yakni HUKUM, PENDIDIKAN dan KEBUDAYAAN, KEWIRAUSAHAAN. Kita harus dukung sepenuhnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Karena institusi hukum lainnya Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman kinerjanya sangat jauh dari memuasakan. KPK sebuah
komisi independen yang masih dipercaya Rakyat Indonesia untuk
memberantas KKN, sekaligus memberikan efek terhadap pencegahan KKN.
Sehingga diharapkanHukum benar-benar dapat ditegakkan,
dijalankan dengan adil dan efektif. Ini akan berefek terhadap semakin
perlunya Birokrasi Pemerintahan direformasi total. Dana Pendidikan dan Kebudayaan yang mulai meningkat harus diawasi agar penggunaannya tepat sasaran dan efektif. Dana Kesehatan melalui
Jamkesmas dan Jaminan Sosial harus ditingkatkan agar rakyat tak mampu,
akan mendapatkan haknya berobat gratis berdasarkan konstitusi.Sehingga
secara jangka panjang sumberdaya manusia Indonesia menjadi sehat dan
pintar. Infra-struktur harus dibangun agar proses produksi dan arus
barang lancar, sehingga ekonomi menggeliat. Belanja barang Pemerintah
harus semakin diarahkan untuk sebanyak mungkindibelanjakan untuk produk-produk hasil produksi dalam negeri karena sumberdaya manusia Indonesia juga sudah menguasai teknologi sendiri. Dan ini akan menggerakkan ekonomi para Wirausaha Sejati Indonesia
sendiri, yang membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, yang
membuat rakyat Indonesia bermartabat karena memiliki pekerjaan yang
dapat menghidupi sanak keluarganya. Dan Wirausaha Sejati ini akan
menggelinding populasinya untuk menjadi agen perubahan. Dunia perbankan
harus dibangun berdasarkan kemampuan menjaga kepercayaan nasabah dan
memberikan dukungan konstruktif dengan tingkat suku bunga yang relatif
rendah bagi para wirausaha nasional. Dengan demikian Indonesia secara
bertahap akan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber keuangan
negara asing atau sumber-sumber keuangan rente tinggi.
Termasuk tentunya belanja alutsista bagi TNI dan Polri harus sebagian besar hasil produk buatan Indonesia sendiri,
yang dibuat di pusat industri-industri strategis. Sehingga secara
bertahap Indonesia memiliki alutsista yang memadai yang memiliki efek
deteren atau kemampuan menggetarkan musuh-musuh kita. Yang mampu
mengawasi perairan Indonesia yang terluas di dunia yang sangat kaya
sumberdaya hayati yang terbarukan dan sangat kaya pula sumberdaya alam
tak terbarukan seperti minyak, gas dan mineral lainnya. Dengan
Indonesia memiliki kekuatan alutsista yang kuat, negara asing akan
mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan di seluruh wilayah darat
dan perairan Indonesia.
Siap Perang Melawan Malaysia
Dari segi sumberdaya manusia, Malaysia itu jelas kalah jumlah orang
pintarnya sama orang Indonesia. Indonesia itu kaya akan talenta anak
mudanya yang memenangi begitu banyak kejohanan level dunia di bidang
sains, teknologi dan seni budaya. Sedangkan Malaysia mana? Malaysia
hanya penggembira saja. Apalagi para cendekiawan Malaysia sangat kasihan
tertekan batin dan pikirannya karena tak memiliki kebebasan
berekspresi, mereka takut ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui
proses pengadilan oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia berdasarkan ISA (Internal Security Act).
Semua universiti Malaysia yang dinilai oleh the TIMES Higher
Education QS (Inggris) maupun Webometrics (Spanyol) dan lembaga
pemeringkat internasional lainnya pada tahun 2009 ini, “apple to apple:
kalah sama ITB, UI, UGM. Padahal dana pendidikan mereka 10 kali jauh
lebih besar dari Indonesia. Sejak tahun 1968, mereka yang sekarang
menduduki jabatan menteri dan pejabat tinggi kerajaan Malaysia adalah
banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN.
Mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas-universitas di Indonesia,
dengan prestasi yang biasa-biasa saja.
Untuk Alutsista, Malaysia merupakan konsumen CN 235 buatan PT. DI, Bandung dengan memiliki 8 pesawat. Yakni CN235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau
versi Militer sebanyak 4 buah, CN235 versi Navigation Trainer 2 buah
dan CN235 versi VIP 2 buah.Jumlah seluruh CN 235 Malaysia adalah sama
dengan jumlah pesawat CN 235 yang dimiliki oleh TNI AU.
Namun Malaysia masih berkeinginan untuk membeli 6 buah lagi CN 235
MPA, kata Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi
ketika berkunjung ke PT. DI Bandung akhir Juni 2009 lalu. (Seputar Indonesia, 12 Juli 2009, halaman 11). Menteri Pertahanan Malaysia ini juga berminat membeli kendaraan Panser 6×6 yang bermutu tinggi buatan PT. Pindad, Bandung.
Sekarang Malaysia kaya, ya boleh-boleh saja belanja
sebanyak-banyaknya alutsista mereka dari Amerika Serikat, Rusia dan
lain-lain termasuk dari Indonesia. Tetapi Malaysia semuanya mengimpor,
tak mampu membuat alutsista sendiri. Jadi nantinya Malaysia akan
memiliki ketergantungan secara teknologi. Sedangkan Indonesia sudah
memiliki infrastruktur industri pesawat terbang dan industri-industri
strategis lainnya, sehingga bila dana sudah tersedia tinggal
mengembangkan skala industrinya saja. Karena sudah cukup memiliki
kemampuan yang berjenjang cara pencapaian sebelumnya yakni mulai bekerja
berdasarkan pembelian lisensi, melakukan improvement terus menerus dan
inovasi, maka tidak akan terlalu sulit bagi Indonesa untuk membuat
berskuadron-skuadron pesawat teknologi madya maupun pesawat berteknologi
tinggi sekelas jet, minimal sekelas N250 dibuat di PT. DI.
Malaysia ngebet ingin membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, karena
pesawat buatan PT.DI ini adalah terbaik di kelasnya di dunia. Inovasi
40 insinyur PT. DI adalah mampu menambah persenjataan lengkap seperti
rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal
selam. Jadi kalau TNI mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235
MPA versi militer ini (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang
ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.
Tak mengherankan bila Korea Selatan merupakan
pembeli dan pemakai CN 235 MPA atau versi militer. Korea Selatan
membayarnya sebagian dengan barter kapal-kapal patroli cepat dan
sebagian besar dengan cash. Korea Selatan
memiliki CN 235 MPA 6 buah dan CN 235 versi VIP 2 buah. Bahkan sekarang
PT. DI sedang menyelesaikan 8 buah pesawat CN 235 MPA pesanan dari
Korean Coast Guard! Turki memakai pesawat CN 235 untuk pesawat VVIP Pemerintah Turki dan CN 235 MPA untuk keperluan patroli pantai. Uni Arab Emirat memiliki CN 235 versi Militer 6 buah dilengkapi dengan Night Vision Google. Pakistan memiliki CN235 MPA sebanyak 6 buah. Thailand memakai CN 235versi Rain Making untuk keperluan pertanian. Burkina Faso dan Brunei Darrusalammasing-masing memiliki satu buah CN235 MPA. Bahkan negara adidaya Amerika Serikatmemilih CN235
sebagai pesawat pilihan bagi US Coast Guard untuk menjaga perairan AS,
dimana pembeliannya dari EADS disertai kerjasama produksi di AS.
Pembeli dari Indonesia sendiri, disamping TNI yang memang telah lama
membeli dan memakainya adalah kalangan swasta nasional. Konglomerat
pemilik Artha Graha Group,Tommy Winata baru saja
membeli masing-masing satu unit NC 212 dan NAS 332. Sekarang PT. DI
sedang mengerjakan pesanan TNI-AU sebanyak 3 buah helikopter Super
Puma. Dalam waktu dekat ini BP Migas juga sudah berniat membeli Produk
PT DI ini.
Roket RX-420, Kapal Selam dan Fregat
Roket RX-420 yang telah diluncurkan LAPAN, Indonesia awal Juli 2009
lalu menggetarkan Australia, Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia (Tribun Batam, 2 Juli 2009 atau bisa dilihat juga di http://www.tribunbatam.co.id). Harian “The Straits Time” (Singapore) dan “The Sydney Morning Herald” (Australia),
dan media Brunei Darussalam memuat cukup panjang lebar tentang berita
peluncuran roket RX-420 Lapan, Indonesia ini.
Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat
memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan
suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa
mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya
nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para
insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan
kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya
komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura, Brunei
Darussalan dan Malaysia? Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia
ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan
satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa.
Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan
kecepatan 7,8 km per detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi
negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan
sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk exclusive member ”Asian Satellite Club” bersama Cina, Korea Utara, Jepang, India dan Iran.
Kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan?
Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk
keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat
Indonesia saja. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk
mampu meluncurkan roket sejauh 190 km sampai 350 km untuk keperluan
militer, bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau
tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura
dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau
ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan
Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok
Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos
ada musuh dari Utara yakni Indonesia itu, memang bukan sekedar mitos
tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan.
Asalkan pemerintah mendukung sepenuhnya masalah pendanaannya. Para insinyur-insinyurPT. PAL, Surabaya telah memiliki kemampuan untuk membuat kapal jenis Fregat bertonase besar bahkan juga Kapal Selam.
Nah, jangan terlalu mengecilkan Indonesia kalau sudah berkaitan
dengan negara asing. Walau bagaimanapun Indonesia adalah negara yang
kita cintai, yang harus kita bangun bersama. Indonesia itu memiliki
tradisi besar sebagai Bangsa Pejuang. Kita sebagai Rakyat dianjurkan
bahkan diwajibkan untuk berkontribusi bagi kemajuan Indonesia
berdasarkan perannya masing-masing. Kita boleh mengkritik habis
Indonesia tetapi secara konstruktif dan bertanggung-jawab, sehingga
bermanfaat bagi kemajuan Indonesia. Tetapi sekali kalau sudah ada
kepentingan asing bermain disini, kita semua total harus memiliki
keberpihakan yakni membela bangsa Indonesia.
Sumber : http://www.yusron.com/wp/malaysia-terlalu-kecil-untuk-jadi-lawan-setara-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar